Aung San Suu Kyi Dihukum 4 Tahun, Komisi HAM PBB: Pengadilan Palsu

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 6 Desember 2021 19:35 WIB

Sejumlah pengunjuk rasa turun ke jalan saat ikuti aksi protes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Aksi demo telah terjadi di sejumlah kota Myanmar. Massa anti kudeta berhari-hari turun ke jalan meneriakkan "Ganyang Kediktatoran Militer" dan "Lepaskan Aung San Suu Kyi". REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi HAM PBB Michelle Bachelet mengecam hukuman penjara empat tahun yang dijatuhkan kepada pemimpin terguling Myanmar Aung San Suu Kyi. Ia menilai, vonis itu dijatuhkan "pengadilan palsu" sehingga penerima Nobel tersebut segera dibebaskan.

Hukuman pada Suu Kyi ini "menutup pintu lain untuk dialog politik" di Myanmar, yang kini dikuasai militer setelah kudeta 1 Februari. "Ini hanya akan memperdalam penolakan kudeta," kata Bachelet dalam sebuah pernyataan di Jenewa seperti dikutip Reuters, Senin, 6 Desember 2021.

Pengadilan menghukum Suu Kyi penjara empat tahun pada Senin atas tuduhan penghasutan dan melanggar protokol Covid-19, kata seorang sumber dalam kasus yang digambarkan sebagai "lelucon".

“Hukuman Penasihat Negara setelah pengadilan palsu dalam proses rahasia di depan pengadilan yang dikendalikan militer tidak lain adalah motivasi politik,” kata Bachelet.

"Militer berusaha untuk menggunakan pengadilan untuk menyingkirkan semua oposisi politik."

Advertising
Advertising

Ravina Shamdasani, juru bicara Bachelet, mengatakan kepada TV Reuters bahwa persidangan telah gagal memenuhi kewajiban hukum domestik dan internasional negara itu untuk pengadilan yang adil.

Suu Kyi, 76 tahun, masih menghadapi tuduhan korupsi dan kecurangan pemilu, kata Bachelet.

Dia juga mengatakan bahwa tentara, yang dikenal sebagai Tatmadaw, telah menahan lebih dari 10.000 lawan politik sejak kudeta dan bahwa setidaknya 175 orang, termasuk banyak anggota partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) Suu Kyi, dilaporkan tewas dalam tahanan. "Kemungkinan besar karena perlakuan buruk atau penyiksaan".

Dia menyerukan pembebasan segera semua orang yang ditahan secara tidak sah.

Bachelet juga mengutuk keras apa yang dia sebut serangan "kejam, benar-benar tercela" pada hari Minggu di kota utama Yangon, di mana pasukan keamanan menggunakan sebuah truk "menabrak pengunjuk rasa anti-kudeta yang tidak bersenjata dan kemudian menembaki kelompok tersebut dengan peluru tajam". Lima orang tewas, menurut media dan saksi.

“Ditambah hukuman Aung San Suu Kyi, ini mengirimkan sinyal bahwa Junta Myanmar putus asa untuk melegitimasi kekuasaannya, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Ini menegaskan bahwa itu adalah pengambilalihan tidak sah atas Myanmar,” kata Shamdasani.

Berita terkait

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

9 hari lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

14 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

15 hari lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

15 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

20 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

22 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

22 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ketua HAM PBB 'Ngeri' dengan Laporan Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza

23 hari lalu

Ketua HAM PBB 'Ngeri' dengan Laporan Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza

Ketua HAM PBB Volker Turk mengatakan dia "ngeri" dengan hancurnya fasilitas medis Nasser dan Al Shifa di Gaza dan laporan adanya kuburan massal.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

25 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

25 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya