Top 3 Dunia: Omicron Memicu Infeksi Ulang, India Temukan Kasus Pertama
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Sabtu, 4 Desember 2021 06:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari varian Omicron yang disebut bisa memicu risiko infeksi ulang hingga 3 kali lipat dibandingkan covid-19 varian Delta dan Beta. Temuan ini berdasarkan penelitian sekelompok badan kesehatan Afrika Selatan, Kamis lalu.
Berita kedua top 3 dunia adalah India melaporkan kasus pertama varian Omicron. Berita terakhir yaitu Kroasia akan menerapkan denda kepada pemerintah daerah yang tak menerbitkan sertifikat vaksin corona. Berikut berita selengkapnya:
1. Varian Omicron Memicu Risiko Infeksi Ulang 3 Kali Lipat Dibanding Varian Lain
Varian Omicron Covid-19 menimbulkan risiko infeksi ulang tiga kali lipat lebih tinggi daripada varian Delta dan strain Beta yang saat ini dominan, kata sekelompok badan kesehatan Afrika Selatan pada Kamis, 2 Desember 2021.
Pusat Pemodelan dan Analisis Epidemiologi Afrika Selatan (SACEMA) dan Institut Nasional Penyakit Menular (NICD) mengatakan temuan terbaru memberikan bukti epidemiologis tentang kemampuan Omicron untuk menghindari kekebalan dari infeksi sebelumnya.
Pernyataan mereka, yang dilaporkan Reuters, dikeluarkan setelah sekelompok organisasi kesehatan Afrika Selatan menerbitkan makalah pra-cetak di medrxiv.org, yang berarti karya tersebut belum disertifikasi oleh peer review atau tinjauan sejawat.
Sebelumnya pada hari itu, ahli mikrobiologi Anne von Gottberg di NICD telah menyatakan pandangan yang sama pada konferensi pers online yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan Afrika Selatan mengalami peningkatan infeksi ulang Covid-19 karena Omicron.
Namun, Anne von Gottberg mengatakan dia dan rekan-rekannya percaya infeksi ulang dengan Omicron dan infeksi terobosan pada pasien yang divaksinasi akan menunjukkan gejala yang tidak terlalu parah.
NICD, yang bersama jaringan organisasi kesehatan yang lebih luas melakukan pengurutan genom pada sampel, mengatakan pada Rabu bahwa varian Omicron mampu menembus beberapa kekebalan dan dengan cepat menjadi varian dominan di negara tersebut.
"Analisis data pengawasan rutin dari Afrika Selatan dari Maret 2020 hingga 27 November menunjukkan profil risiko infeksi ulang Omicron secara substansial lebih tinggi daripada yang terkait dengan varian Beta dan Delta selama gelombang kedua dan ketiga," kata NICD pada Kamis.
Peningkatan infeksi ulang daripada infeksi baru akan menjadi indikasi varian baru telah mengembangkan kemampuan untuk menghindari kekebalan alami dari infeksi sebelumnya, katanya.
Juliet Pulliam, direktur SACEMA dan penulis makalah pra-cetak, mengatakan dalam artikelnya bahwa pola Omicron kemungkinan akan terbentuk di semua provinsi Afrika Selatan pada awal hingga pertengahan Desember, kata NICD.
Analisis ini didasarkan pada 2.796.982 orang dengan hasil tes positif setidaknya 90 hari sebelum 27 November, di mana 35.670 diduga terinfeksi ulang varian Omicron, kata NICD.
<!--more-->
2. Kasus Varian Omicron Terdeteksi di India
India melaporkan kasus pertama varian baru Covid-19, omicron pada Kamis, 2 Desember 2021. Kendati begitu, Pemerintah India belum punya rencana untuk memberikan vaksin penguat atau dosis ketiga vaksin virus corona walau sudah ada permintaan dari anggota parlemen.
Kementerian Kesehatan wilayah pusat India mengatakan ada dua pasien laki-laki usia 66 tahun dan 46 tahun, yang positif terkena varian omicron. Keduanya mengalami gejala ringan.
Kementerian Kesehatan negara bagian Karnataka, tempat dimana omicron terdeteksi, mengatakan ada seorang warga negara Afrika Selatan yang menghabiskan waktu sepekan di India. Dia baru pulang meninggalkan India pada Sabtu, 27 November 2021 setelah hasil tesnya negatif Covid-19. Lebih dari 250 orang yang close-contact dengannya negatif Covid-19.
Pasien kedua adalah seorang fisikawan dari India, yang tidak punya riwayat melakukan perjalanan. Total dua pasien yang terkena varian omicron tersebut sama-sama sudah suntik vaksin virus corona dua dosis.
Ada lebih dari lima dokter yang melakukan kontak dengan pasien omicron tersebut dan sekarang positif Covid-19. Saat ini sedang diselidiki sampel-sampel mereka untuk menentukan Covid-19 jenis apa yang menginfeksi mereka.
Sekitar 84 persen populasi di India sudah mendapat setidaknya satu dosis vaksin virus corona. Usia 18 tahun ke bawah belum mendapat suntik vaksin virus corona.
Sejumlah anggota parlemen pada Kamis, 2 Desember 2021, mendesak Pemerintah agar mulai mempertimbangkan pemberian dosis ketiga vaksin virus corona untuk tenaga kesehatan dan kelompok rentan tertular Covid-19. Terlebih, India saat ini punya stok hampir 230 juta dosis vaksin virus corona. Namun otoritas kesehatan India meyakinkan prioritas saat ini memberikan suntik vaksin virus corona pada semua orang dewasa di negara itu.
<!--more-->
3. Virus Corona, Kroasia Bakal Terapkan Denda
Kroasia pada Kamis, 2 Desember 2021 menyorongkan proposal pemberlakuan denda kepada sejumlah kepala badan pelayanan publik dan dewan kota, yang gagal menerbitkan sertifikat digital sudah suntik vaksin virus corona kepada PNS dan pengunjung. Kebijakan ini demi menghentikan penyebaran wabah virus corona di Kroasia.
Uni Eropa pada pertengahan November lalu, sudah menerbitkan sertifikat vaksin virus corona, untuk membuktikan bahwa orang tersebut sudah imunisasi, sudah sembuh dari Covid-19 atau hasil tesnya negatif Covid-19.
Sertifikat digital vaksin virus corona sudah diperkenalkan di Kroasia. Namun sejumlah Kepala daerah menolak memberlakukannya. Alasannya, mereka tidak mau menciptakan perpecahan di kalangan warga.
“Kami mengajukan proposal denda mulai 30 ribu – 50 ribu kuna (Rp 100 juta-an),” kata Menteri Kesehatan Kroasia Vili Beros.
Proposal ini selanjutnya harus mendapatkan persetujuan dari parlemen pada bulan ini. Sebelumnya dua pekan lalu, ribuan orang berunjuk rasa di Ibu Kota Zagreb menolak pemberlakukan sertifikat Covid-19.
Mereka yang menolak menyebut sertifikat vaksin Covid-19 melanggar kebebasan fundamental, di mana seseorang harusnya diberikan kebebasan mau suntk vasin virus corona atau tidak. Partai oposisi di Kroasia, Partai Penjembatani pada Sabtu, 4 Desember 2021, akan mengumpulkan tanda tangan dari warga negara Kroasia untuk menentukan nasib pemberlakuan sertifikat vaksin Covid-19.
Sekitar 50 persen – 55 persen warga Kroasia sudah mendapat dua dosis suntik vaksin virus corona. Jumlah itu masih di bawah angka rata-rata negara-negara Uni Eropa. Pemerintah Kroasia pun sedang meningkatkan upaya agar warga mau imunisasi vaksin Covid-19 mengingat kasus harian Covid-19 di negara itu terus naik dalam musim dingin ini.
REUTERS