Jejak Orang Jawa di Suriname, Negara Eks Kolonial Belanda
Reporter
Tempo.co
Editor
Dwi Arjanto
Jumat, 26 November 2021 08:58 WIB
Secara total, hampir 33.000 orang Jawa bermigrasi ke Suriname pada periode 1890-1939. Jawa Tengah dan daerah dekat Batavia (Jakarta), Surabaya dan Semarang merupakan daerah rekrutmen utama. Hanya 20 hingga 25 persen migran Jawa yang kembali ke negara asalnya sebelum Perang Dunia II. Sebagian besar imigran menetap secara permanen di Suriname.
Tradisi budaya Jawa terbukti kuat, meski perubahan dan adaptasi di Suriname, misalnya dalam bahasa, tak terelakkan. Namun generasi kedua dan selanjutnya masih mengidentifikasi dengan negara asal mereka.
Pemerintah Suriname juga aktif mempromosikan keberlangsungan budaya Jawa pada masa sebelum Perang Dunia II.
Pada 1930-an, gubernur memprakarsai proyek 'Indianisasi' untuk mengisi koloni dengan petani kecil Jawa, yang akan menetap di desa-desa bergaya Jawa (desa) lengkap dengan kepemimpinan agama dan sipil mereka sendiri. Program ini terputus oleh perang.
Secara politis, pentingnya kelompok penduduk Jawa tidak terbantahkan. Orang Jawa sering memegang keseimbangan antara kelompok Afro-Suriname dan Hindustan yang lebih besar dan lebih kuat (bekas orang Indian Inggris).
Secara demografis, orang Jawa telah lama menjadi kelompok populasi terbesar ketiga di Suriname. Tetapi etnis Maroon yang merupakan keturunan budak yang melarikan diri, secara tipis melampaui mereka dalam sensus terakhir Suriname pada tahun 2004. Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda. Sampai sekarang keturunan Jawa di sana mereka tetap menuturkan bahasa Jawa.
WILDA HASANAH
Baca juga: Didi Kempot Meninggal, Penyanyi Indonesia Terpopuler di Suriname
https://www.insideindonesia.org/the-javanese-of-suriname