Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil Tak Selesaikan Masalah

Reporter

Tempo.co

Kamis, 25 November 2021 20:41 WIB

Pengungsi Rohingya menaiki kapal saat akan dipindahkan ke Pulau Bhasan Char di Chattogram, Bangladesh, 4 Desember 2020. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Jakarta - Alexander Matheou, Direktur Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk wilayah Asia-Pasifik memperingatkan pengiriman pengungsi Rohingya ke Bhasan Char bukan berarti masalah selesai. Masalah serius akan tetap ada di Bhasan Char, yang merupakan pulau terpencil di selatan Bangladesh dan sekarang berubah fungsi sebagai tempat menampung pengungsi Rohingya.

Peringatan itu disampaikan Matheou ketika para pejabat di Bangladesh bersiap kembali mengirimkan ribuan pengungsi etnis minoritas Rohingya ke wilayah itu pada minggu ini.

Sejak Desember lalu, Bangladesh telah memindahkan sekitar 19 ribu pengungsi Rohingya ke Bhasan Char. Rohingya adalah etnis minoritas, yang sebagian besar beragama Islam dari Myanmar.

Mereka mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh lewat darat untuk menghindari penganiayaan. Kelompok HAM menyamakan Bhasan Char di selatan Bangladesh dengan pulau penjara.

Pengungsi etnis Rohingya yang terdampar di pesisir pantai Kuala Simpang Ulim berada dalam tenda sementara di pulau Idaman, Aceh Timur, Aceh, Ahad, 6 Juni 2021. Lembaga kemanusiaan yang menangani pengungsi United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) masih melakukan negosiasi dengan Pemerintah setempat untuk penanganan lanjutan terhadap penempatan 81 pengungsi etnis Rohingya. ANTARA/Irwansyah Putra

Advertising
Advertising

Matheou mengatakan adanya aturan yang membatasi ruang gerak para etnis Rohingya, kurangnya kesempatan kerja dan perawatan kesehatan akan menghalangi orang-orang dalam jumlah besar untuk memilih berlindung ke pulau Bhasan Char.

Matheou, yang berkunjung ke Bhasan Char pada Selasa, 23 November 2021, mengatakan bahwa tempat itu dirancang dengan baik dan terorganisir dalam hal perumahan. Ada pula akses air bersih di sana, tetapi layanan kesehatan terlalu minim untuk melayani pengungsi yang banyak. Di sana, juga tidak ada sistem rujukan yang bagus agar para pengungsi bisa aman saat mau ke daratan.

Hasil dialog dengan para pengungsi Rohingya, Matheou menemukan masalah utamanya adalah para pengungsi itu tidak bisa bolak-balik ke daratan dengan leluasa untuk menengok keluarga mereka.

“Ini hal yang sulit dan benar-benar membuat orang kesal. Jadi, masalah itu bisa menjadi penghalang bagi para pengungsi Rohingya untuk tinggal di sini (Bhasan Char) secara sukarela. Saya pikir itu akan merusak keberhasilan proyek jika tidak ditangani,” katanya.

Dia mengatakan pihak berwenang, yang berencana untuk memindahkan 81 ribu pengungsi lainnya ke pulau itu, sedang menjajaki untuk mengizinkan para pengungsi Rohingya melakukan perjalanan ke daratan untuk durasi perjalanan yang ditentukan.

Otoritas Bangladesh tidak memberikan komentar perihal ini.

Pengungsi Rohingya menyebut Pulau Bhasan Char dan area lain tempat mereka mengungsi, rawan banjir. Mereka pun menginginkan adanya kebebasan bergerak.

Kondisi pengungsian yang buruk, telah membuat puluhan pengungsi Rohingya tewas dalam beberapa bulan terakhir saat mencoba melarikan diri dengan perahu reyot.

Sebuah dokumen yang bocor menyebut PBB pada Oktober lalu sudah setuju untuk mulai misi di pulau itu dalam sebuah perjanjian yang tidak menjamin adanya pergerakan bebas.

Seorang pejabat di Bhasan Char, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa otoritas sedang bersiap untuk mengirim sekitar 1.500 hingga 2 ribu pengungsi Rohingya pada Kamis, 25 November 2021.

Mohammed Arman, seorang pengungsi yang tinggal di pulau itu, mengatakan para pengungsi Rohingya tidak mau datang ke sana karena adanya pembatasan pergerakan.

Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 23 November 2021, bahwa otoritas di kamp pengungsian dan badan keamanan pemerintah memaksa pengungsi untuk pindah, termasuk dengan menyita dokumen identitas mereka.

Ada lebih dari satu juta pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh setelah melarikan diri dari Myanmar, sebagian besar pindah ke sama pada 2017 setelah tindakan keras militer. Diantara intimidasi yang mereka alami adalah pembunuhan massal dan pemerkosaan berantai.

Myanmar membantah telah terjadi genosida pada etnis Rohingya. Myanmar mengatakan melakukan kampanye yang sah terhadap gerilyawan yang menyerang pos polisi.

Afifa Rizkia Amani | Reuters

Baca juga: Uni Emirat Arab dan Israel Kerja Sama Bangun Kapal Nirawak Anti-kapal Selam

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Untuk Kedua Kali Afrika Seret Israel ke ICJ, Apa Kasusnya Kali ini?

3 jam lalu

Untuk Kedua Kali Afrika Seret Israel ke ICJ, Apa Kasusnya Kali ini?

Afrika Selatan kembali membawa kasus genosida Israel ke ICJ dan meminta penghentian darurat serangan ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Berkas Kasus Penyelundupan Pengungsi Rohingya oleh 4 Warga Aceh Sudah P21

9 jam lalu

Berkas Kasus Penyelundupan Pengungsi Rohingya oleh 4 Warga Aceh Sudah P21

Kejaksaan Negeri Aceh Barat menyatakan berkas kasus penyelundupan puluhan orang etnis Rohingya ke Aceh sudah P21.

Baca Selengkapnya

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

12 jam lalu

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

Mahkamah Pidana Internasional pernah mengerbitkan surat penangkapan sejumlah pimpinan negara. Belum ada dari Israel

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: ICC Didesak Tangkap Netanyahu, Marak Aksi Blockout 2024

19 jam lalu

Top 3 Dunia: ICC Didesak Tangkap Netanyahu, Marak Aksi Blockout 2024

Top 3 dunia adalah ICC didesak tiga negara tangkap Netanyahu, Kemlu AS minta kongres evaluasi bantuan ke Israel hingga aksi blockout selebritas.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

1 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

2 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

UNRWA Mencatat 360 Ribu Warga Tinggalkan Rafah

3 hari lalu

UNRWA Mencatat 360 Ribu Warga Tinggalkan Rafah

Jumlah warga Palestina yang terpaksa meninggalkan Rafah karena serangkaian serangan militer Israel meningkat menjadi 360 ribu orang.

Baca Selengkapnya

Korban Kerusuhan Masih Alami Trauma, Berikut Penjelasan Trauma Korban Kerusuhan

3 hari lalu

Korban Kerusuhan Masih Alami Trauma, Berikut Penjelasan Trauma Korban Kerusuhan

Bagi yang mereka yang sebelumnya pernah mengalami trauma seperti kehilangan atau hadir saat kekerasan terjadi, tentu akan menghasilkan reaksi intens.

Baca Selengkapnya

Giliaran Mesir yang akan Laporkan Israel ke ICJ atas Tuduhan Genosida

3 hari lalu

Giliaran Mesir yang akan Laporkan Israel ke ICJ atas Tuduhan Genosida

Mesir mengikuti langkah Afrika Selatan yang akan melaporkan Israel ke ICJ atas tuduhan melakukan genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Afrika Selatan Minta ICJ Perintahkan Israel Mundur dari Rafah

5 hari lalu

Afrika Selatan Minta ICJ Perintahkan Israel Mundur dari Rafah

Afrika Selatan mengupayakan tindakan darurat baru atas serangan terbaru Israel terhadap Rafah, kota selatan di Gaza.

Baca Selengkapnya