Abdalla Hamdok Kembali Pimpin Pemerintahan Transisi Sudan Usai Kudeta Militer

Reporter

Tempo.co

Selasa, 23 November 2021 14:30 WIB

Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok dan Kanselir Jerman Angela Merkel (tidak difoto) berbicara kepada media di Kanselir di Berlin, Jerman, 14 Februari 2020. [REUTERS/Hannibal Hanschke/File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok pada Senin mengatakan bahwa mempertahankan keuntungan ekonomi sejak dua tahun terakhir adalah salah satu alasan dia memutuskan untuk kembali ke jabatannya, di bawah kesepakatan dengan militer Sudan hampir sebulan setelah dia digulingkan dalam kudeta militer.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters di kediaman Khartoum, di mana dia ditahan di bawah tahanan rumah setelah kudeta militer 25 Oktober, Abdalla Hamdok mengatakan dia yakin pemerintah teknokratis yang dia harapkan akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Sudan.

Partai politik terkemuka dan gerakan protes kuat Sudan telah menentang keputusan Hamdok untuk menandatangani perjanjian dengan militer pada Ahad, dengan beberapa menyebutnya pengkhianatan atau mengatakan itu memberikan perlindungan politik untuk kudeta.

"Di antara alasan kembalinya saya adalah untuk menjaga keuntungan ekonomi dan pembukaan ekonomi bagi dunia," kata Hamdok, dikutip dari Reuters, 23 November 2021.

Sejak Hamdok pertama kali ditunjuk sebagai perdana menteri pada 2019 di bawah kesepakatan pembagian kekuasaan setelah penggulingan Omar al Bashir, Sudan telah melakukan reformasi ekonomi termasuk pencabutan subsidi bahan bakar dan mata uangnya yang terkelola.

Advertising
Advertising

Reformasi, yang dipantau oleh Dana Moneter Internasional, memenangkan persetujuan Sudan untuk pengampunan atas sebagian besar lebih dari US$50 miliar (Rp713 triliun) utang luar negeri, kesepakatan yang dilemparkan ke dalam keraguan oleh kudeta.

Bank Dunia dan beberapa donor bilateral menahan bantuan ekonomi untuk Sudan setelah kudeta militer, ketika Sudan sangat membutuhkan bantuan ekonomi.

"Kami akan melanjutkan kontak kami dengan lembaga keuangan internasional, dan anggaran baru yang akan dimulai pada Januari akan melanjutkan jalur reformasi ekonomi dan membuka pintu investasi di Sudan," kata Hamdok.

Warga menggelar aksi protes menentang Kudeta Militer di Khartoum, Sudan, 25 Oktober 2021. REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Koalisi sipil, yang telah berbagi kekuasaan dengan militer Sudan sebelum kudeta, dan mantan menteri mengatakan mereka menolak perjanjian tersebut, dengan alasan tindakan keras terhadap protes anti-militer selama sebulan terakhir.

Namun Hamdok mengatakan, pemerintah baru yang teknokratis dapat membantu meningkatkan ekonomi Sudan, yang telah mengalami krisis berkepanjangan yang melibatkan salah satu tingkat inflasi tertinggi di dunia dan kekurangan barang-barang pokok.

Pemerintahan sipilnya juga dapat bekerja untuk menyelesaikan kesepakatan damai yang ditandatangani dengan beberapa kelompok pemberontak tahun lalu untuk mengakhiri konflik internal selama bertahun-tahun, kata Hamdok.

"Menerapkan kesepakatan Juba dan menyelesaikan proses perdamaian dengan kelompok-kelompok yang tidak menandatangani kesepakatan Juba menjadi agenda utama pemerintah baru," katanya.

Setelah kesepakatan antara militer dan Hamdok diumumkan pada Ahad, pengunjuk rasa yang sebelumnya memperjuangkan Hamdok mulai meneriakkan slogan-slogan menentangnya. Hamdok mengatakan dia menandatanganinya untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.

"Kami berkomitmen pada jalur demokrasi, kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai dan keterbukaan yang lebih besar kepada dunia," kata Abdalla Hamdok pada Senin.

Baca juga: Kudeta Diprotes, Militer Sudan Sepakat Kembalikan Kekuasaan PM Abdalla Hamdok

REUTERS

Berita terkait

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

3 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

14 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

17 hari lalu

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

18 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

19 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan Rp 30 Miliar ke Palestina dan Sudan

34 hari lalu

Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan Rp 30 Miliar ke Palestina dan Sudan

Presiden Jokowi melepas bantuan kemanusiaan pemerintah untuk Palestina dan Sudan.

Baca Selengkapnya

Hampir 5 Juta Warga Sudan Kelaparan

38 hari lalu

Hampir 5 Juta Warga Sudan Kelaparan

IPC menemukan hampir lima juta warga Sudan mengalami kelaparan karena dampak perang dan anjloknya produksi sereal

Baca Selengkapnya

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

42 hari lalu

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?

Baca Selengkapnya

BNPB Kirim Bantuan untuk Palestina dan Sudan: Masing-masing Rp 15,49 Miliar

42 hari lalu

BNPB Kirim Bantuan untuk Palestina dan Sudan: Masing-masing Rp 15,49 Miliar

Bantuan yang akan diberikan dari BNPB untuk Palestina dan Sudan, akan sampai pekan depan. Bantuan diambil dari dana siap pakai BNPB.

Baca Selengkapnya

Indonesia Beri Bantuan Kesehatan Senilai 1 Juta Dolar untuk Palestina dan Sudan

42 hari lalu

Indonesia Beri Bantuan Kesehatan Senilai 1 Juta Dolar untuk Palestina dan Sudan

Kesepakatan pemberian bantuan untuk Palestina dan Sudan dilakukan setelah pembahasan yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait.

Baca Selengkapnya