Whistleblower Kasus Pelanggaran Keselamatan Hyundai Mendapat Hadiah Rp340 Miliar

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Sabtu, 13 November 2021 09:08 WIB

Kim Gwang-ho, mantan insinyur Hyundai Motor, berpose dengan sertifikat kepresidenan yang mengakui pekerjaan anti-korupsinya di rumahnya di Seoul, Korea Selatan, 12 November 2021. REUTERS/ Heo Ran

TEMPO.CO, Jakarta - Kim Gwang-ho sempat jadi perhatian ketika ia melaporkan ketidakberesan di perusahaan otomotif Hyundai pada 2016. Sebagai whistleblower, ia pekan ini dikaruniai penghargaan oleh regulator keselamatan mobil AS sebesar 24 juta dolar AS atau sekitar Rp340 miliar.

Tapi hadiah itu tidak datang gratis. Ia kehilangan banyak hal, mulai dari pekerjaan sampai pertemanan. Maklum saja, ia sudah bekerja di raksasa Korea Selatan itu selama 26 tahun.

Setelah laporan tentang keselamatan di mobil Hyudai, Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) memberikan uang kompensasi itu.

Kim berniat memanfaatkan uang itu untuk mendirikan sebuah yayasan mempromosikan budaya perusahaan yang bertanggung jawab.

"Kompensasi yang saya harapkan dari program whistleblower di Amerika Serikat melebihi pengorbanan yang harus saya lakukan di Korea Selatan," kata Kim, 59 tahun, yang bekerja di tim strategi kualitas perusahaan, kepada Reuters, Jumat, 12 November 2021.

Advertising
Advertising

Tindakan Kim menghasilkan kesepakatan tahun lalu oleh Hyundai dan afiliasinya, Kia, yang termasuk di antara 10 pembuat mobil teratas dunia berdasarkan penjualan, untuk membayar rekor hukuman perdata sebesar 210 juta dolar AS atas penarikan yang melibatkan hampir 1,7 juta kendaraan.

Kim, yang berencana membuat saluran YouTube untuk mengajarkan cara mengekspos perilaku buruk majikan mereka, belajar tentang undang-undang AS melalui pelatihan yang diberikan Hyundai, dan yang mengilhaminya untuk maju, katanya.

"(Jumlahnya) tidak luar biasa atau semacamnya, saya akan mengatakan itu benar," kata Kim di ruang tamu rumahnya di kota Yongin, selatan ibu kota Seoul.

"Itu jumlah yang tepat ketika Anda melihat apa yang harus saya korbankan, seberapa banyak saya harus bekerja untuk ini," kata Kim, yang mengatakan tindakannya itu mengorbankan pekerjaannya dan memutuskan hubungan dengan rekan-rekan lama.

"Setelah laporan saya, saya percaya bahwa pembuat mobil sekarang tahu bahwa siapa pun dapat melaporkan dan mereka tidak dapat menyembunyikan apa pun."

Hyundai Motor Group tidak memberikan komentar.

Penghargaan yang diberikan Selasa, 9 November 2021, adalah yang pertama oleh regulator AS dan yang terbesar dalam kasus whistleblower di sektor otomotif di seluruh dunia, kata firma hukum Constantine Cannon, yang mewakili Kim.

Itu terjadi ketika regulator dan otoritas transportasi AS menyiapkan peraturan untuk program bagi pelapor di sektor otomotif yang dibuat Kongres pada tahun 2015.

Program whistleblower bertujuan untuk membantu mengawasi industri otomotif dengan memberi penghargaan kepada penyedia informasi tentang pelanggaran keselamatan. Pelapor akan mendapatkan bagian mulai dari 10% hingga 30% dari denda atau penalti yang dikumpulkan.

Jumlah penghargaan Kim yang direkomendasikan oleh regulator adalah 30% dari pembayaran dimuka sebesar $81 juta yang disepakati oleh Hyundai dan Kia.

"Saya lega mendengar bahwa itu akhirnya berakhir," katanya, menambahkan bahwa dia dan firma hukumnya sedang memeriksa apakah dia bisa menerima lebih banyak.

Pada musim panas 2016, Kim mengatakan kepada regulator AS, Hyundai tidak mengambil tindakan yang cukup untuk menyelesaikan kesalahan mesin yang meningkatkan risiko kecelakaan, mengutip laporan internal dari tim strategi kepada manajemen.

Penarikan kendaraan antara 2015 dan 2017 telah menempati peringkat di antara kasus terbesar perusahaan di Amerika Serikat.

Investigasi oleh regulator yang dimulai pada 2017 mengarah pada keputusan bahwa perusahaan telah gagal menarik kendaraan secara tepat waktu, membawa penalti tahun lalu senilai $ 210 juta.

Pada 2018, jaksa AS menyelidiki apakah penarikan kendaraan Hyundai dilakukan dengan benar.

Namun, hari ini, Kim merasa usahanya tidak sepenuhnya berhasil.

"Mereka yang mencoba menutupi penarikan pada saat itu masih bekerja sebagai eksekutif di afiliasi Hyundai Motor Group, yang menurut saya adalah kenyataan yang menyakitkan bahkan setelah saya berhasil melaporkan untuk memperbaiki keadaan," katanya.

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

2 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

4 jam lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

5 jam lalu

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

Selain teknologi drone, mahasiswa STIK Polri juga mempelajari forensik untuk mencari barang bukti penyebab terjadinya pembunuhan.

Baca Selengkapnya

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

1 hari lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

1 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

1 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

1 hari lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

1 hari lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

1 hari lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

1 hari lalu

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

Kejaksaan Korea Selatan menginterogasi pendeta yang diam-diam merekam dirinya menyerahkan tas tangan mewah merk Dior kepada Ibu Negara Kim Keon Hee

Baca Selengkapnya