TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Gambia Adama Barrow maju lagi dalam pemilu presiden 4 Desember 2021 mendatang, melawan empat kandidat lainnya. Pemilu kali ini tidak diikuti oleh mantan Presiden Yahya Jammeh, yang menolak kekalahannya pada pemilu lima tahun lalu.

Peluang Presiden Barrow untuk memenangkan pemilu akan sangat ditentukan oleh kemajuan negaranya mengeluarkan era Jammeh dari Gambia, yang ditandai oleh politik yang keras, ketakutan dan penjarahan keuangan. Pemilu presiden Gambia diselenggarakan dalam kondisi perekonomian yang sulit setelah di kecamuk pandemi Covid-19 sehingga membuat turis – turis asal Eropa menjauh dari pantai-pantai Gambia.

Adama Barrow, Presiden terpilih Gambia. freedomnewspaper.com

Dalam pemilu ini, Barrow akan berhadapan diantaranya dengan Ousainou Darboe, 73 tahun, Essa Mbye Faal dan Mama Kandeh. Bagi Kandeh, ini bukan yang pertama kali baginya maju dalam pemilu presiden.

Barrow adalah mantan satpam di London, Inggris. Pemerintahannya terseok-seok oleh pandemi Covid-19. Pada 2020, perekonomian Gambia turun 0,2 persen kendati diharapkan tumbuh sampai 4,9 persen pada tahun ini.

Sejumlah kritik menyoroti naiknya angka kejahatan di Gambia, minimnya pasokan listrik dan jaringan internet. Awalnya, Barrow mengklaim hanya akan menjabat sebagai pemerintahan transisi selama tiga tahun. Namun sekarang dia bisa mencalonkan diri sebagai Presiden Gambia selama dia suka setelah RUU untuk membatasi masa jabatan presiden selama dua periode gagal disahkan pada tahun lalu.

Baca juga: Adama Barrow, Presiden Gambia Penuh Warna dan Tragis

Sumber: Reuters

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.