Gadis Israel Ini Rela Tiga Kali Dipenjara karena Tolak Jadi Tentara Zionis

Reporter

Tempo.co

Rabu, 3 November 2021 12:51 WIB

Tentara Israel berdiri di samping unit artileri yang menembak di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, di Israel 17 Mei 2021. Serangan udara Israel yang membombardir Jalur Gaza membuat lebih dari 200 orang tewas dalam seminggu. REUTERS/Amir Cohen

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang gadis remaja Israel, Shahar Perets rela masuk penjara sebanyak tiga kali karena menolak menjadi tentara. Dia baru saja menghabiskan ulang tahunnya yang ke-19 di balik jeruji penjara.

Perets menggambarkan kondisi di penjara. Dia dilarang menuliskan pikiran dan pengalamannya oleh penjaga penjara. Dia hanya diizinkan menggunakan pena selama 10 menit per hari.

"Militer tidak ingin saya menulis, berbicara, atau membagikan pemikiran saya. Mereka mencoba membungkam saya," kata Perets kepada pendukungnya melalui surat elektronik kepada BBC seperti dilansir dari Middle East Monitor.

Dia melanjutkan, pembungkaman para penolak politik merupakan bagian kecil dari tindakan keras Israel yang membungkam perjuangan rakyat Palestina untuk hak asasi manusia di Tepi Barat dan Gaza.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC yang dilansir Middle East Monitor, orang tua Perets sepenuhnya mendukung keputusan dia menolak wajib militer. "Beberapa orang menyebut saya pengkhianat atau mengatakan saya tidak peduli dengan rakyat Israel," ujarnya.

Advertising
Advertising

Dia melanjutkan memutuskan menolak bergabung dengan tentara karena tak mau menjadi bagian menindas rakyat Palestina. "Saya memutuskan untuk menolak bergabung dengan tentara karena saya tidak mau ambil bagian dalam penindasan jutaan orang yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza," katanya.

Dia melanjutkan sebelum direkrut menjadi tentara, kebanyakan orang tidak bertanya pada diri sendiri apakah ingin bergabung dengan tentara atau tidak. Tak banyak pula orang yang bertanya mengapa ingin direkrut." "Jadi hal ini benar-benar revolusioner."

Shahar Perets pertama kali memulai perjalanannya di usia 12 tahun ketika menghadiri kamp musim panas bersama Israel-Palestina. Kamp musim panas itu berjudul "Keluarga Bereaved Israel-Palestina Untuk Perdamaian".

Dia mengatakan kepada The New Arab dalam sebuah wawancara bahwa dia tak hidup dengan cara yang sama dengan rakyat Israel. "Bahwa (orang-orang Palestina) tidak memiliki kemampuan bergerak seperti yang diinginkan, untuk berjalan-jalan dengan perasaan aman, atau untuk pergi tidur tanpa takut bahwa seorang pria dengan senjata akan berdiri di depan tempat tidur mereka," katanya.

Shahar Perets bukan yang pertama masuk penjara karena menolak menjadi tentara. Israel sebelumnya juga memenjarakan Hallel Rabin, gadis berusia 19 tahun pada Januari lalu.

Rabin harus menghabiskan 56 hari di dalam sel tahanan karena menolak menyelesaikan wajib militer. Keputusannya ini dinilai rakyat Israel sebagai tindakan tak bermoral dan pengkhianatan terhadap negara.

Baca: Mahasiswa Israel dan Palestina Ikut Kencan Kilat untuk Pertukaran Bahasa

MIDDLE EAST MONITOR

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Top 3 Dunia; Daftar Orang dengan IQ Tertinggi di Dunia dan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera

3 jam lalu

Top 3 Dunia; Daftar Orang dengan IQ Tertinggi di Dunia dan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera

Top 3 Dunia, pada 18 Mei 2024, diurutan pertama berita tentang daftar orang tercerdas di dunia.

Baca Selengkapnya

Tentara Israel Membunuh Anggota Jihad Islam Palestina dalam Serangan Udara di Jenin

12 jam lalu

Tentara Israel Membunuh Anggota Jihad Islam Palestina dalam Serangan Udara di Jenin

IDF mengkonfirmasi tentara Israel membunuh seorang anggota senior Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jenin, Tepi Barat.

Baca Selengkapnya

Giliran Austria Lanjutkan Pendanaan ke UNRWA

13 jam lalu

Giliran Austria Lanjutkan Pendanaan ke UNRWA

Austria mengumumkan akan melanjutkan pendanaan bagi badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Temukan Jenazah 3 Sandera dari Jalur Gaza

22 jam lalu

Militer Israel Temukan Jenazah 3 Sandera dari Jalur Gaza

Kepala juru bicara militer Israel mengatakan mereka menemukan jenazah tiga orang yang disandera Hamas di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

1 hari lalu

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

Sebanyak 13 negara melayangkan surat pernyataan bersama untuk Israel yang berisi peringatan jika nekat menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Kaledonia Baru Rusuh dan Kisah Laki-laki Aljazair yang Ditemukan setelah Diculik 20 Tahun

1 hari lalu

Top 3 Dunia; Kaledonia Baru Rusuh dan Kisah Laki-laki Aljazair yang Ditemukan setelah Diculik 20 Tahun

Top 3 dunia, di urutan pertama berita tentang Kaledonia Baru yang berstatus darurat nasional setelah reformasi pemilu diprotes dan berujung ricuh.

Baca Selengkapnya

DPR Amerika Serikat Minta Joe Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR Amerika Serikat Minta Joe Biden Kirim Senjata ke Israel

DPR AS meloloskan RUU yang akan mendesak Joe Biden untuk memulai lagi pengiriman senjata ke Isreal.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

1 hari lalu

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

Mulai dari Indonesia hingga Afrika Selatan, berikut ini adalah negara yang mendukung Palestina melawan agresi Israel

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya