7 Tewas dan Ratusan Cedera dalam Demo Tolak Kudeta Militer di Sudan

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 26 Oktober 2021 08:57 WIB

Warga berkumpul saat asap dan api terlihat di jalan-jalan Kartoum, Sudan, di tengah laporan kudeta, 25 Oktober 2021, dalam gambar diam dari video yang diperoleh melalui media sosial. RASD SUDAN NETWORK melalui REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh orang tewas dalam unjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan militer Sudan, Senin, 26 Oktober 2021.

Pemuda, yang menentang kudeta membarikade jalan-jalan dan bentrok dengan tentara di Khartoum. Di kota Omdurman, pengunjuk rasa membarikade jalan dan meneriakkan dukungan untuk pemerintahan sipil.

"Burhan tidak bisa menipu kita. Ini kudeta militer," kata seorang pemuda bernama Saleh.

Tentara bertindak keras dalam membubarkan unjuk rasa, sehingga jatuh kurban. Selain tujuh korban meninggal, tidak kurang dari 140 pengunjuk rasa luka-luka, sebagian karena tindakan brutal militer.

Koalisi oposisi utama, Pasukan Kebebasan dan Perubahan, yang mendorong pencopotan Bashir dan merundingkan dewan militer-sipil, mengatakan di Twitter bahwa mereka menyerukan tindakan damai di jalan-jalan untuk menggulingkan pengambilalihan militer, termasuk demonstrasi, pemblokiran jalan dan pembangkangan sipil.

Advertising
Advertising

Militer merebut kekuasaan dari pemerintah transisi pada hari Senin. Pemimpin kudeta, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, membubarkan Dewan Berdaulat militer-sipil yang telah dibentuk untuk mengantar negara menuju demokrasi setelah penggulingan otokrat lama Omar al-Bashir dalam pemberontakan rakyat dua tahun lalu.

Burhan mengumumkan keadaan darurat, dengan mengatakan angkatan bersenjata perlu melindungi keselamatan dan keamanan. Dia berjanji untuk mengadakan pemilihan pada Juli 2023 dan menyerahkannya kepada pemerintah sipil terpilih saat itu.

“Apa yang dialami negara saat ini merupakan ancaman dan bahaya nyata bagi impian para pemuda dan harapan bangsa,” katanya.

Kementerian Penerangan Sudan, yang masih setia kepada Perdana Menteri terguling Abdalla Hamdok, mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa konstitusi transisi hanya memberikan hak kepada perdana menteri untuk menyatakan keadaan darurat dan bahwa tindakan militer adalah kejahatan. Hamdok masih merupakan otoritas transisi yang sah, katanya.

Hamdok, seorang ekonom dan mantan pejabat senior PBB, ditahan dan dibawa ke lokasi yang dirahasiakan setelah menolak mengeluarkan pernyataan untuk mendukung pengambilalihan tersebut, kata kementerian informasi.

Kementerian mendesak perlawanan dan mengatakan puluhan ribu orang yang menentang pengambilalihan telah turun ke jalan dan menghadapi tembakan di dekat markas militer di Khartoum. Karyawan bank sentral mengumumkan pemogokan untuk menolak kudeta, kata kementerian itu.

Pasukan telah menangkap anggota sipil Dewan Berdaulat dan tokoh-tokoh pemerintah, kata kementerian itu. Yang juga ditahan adalah direktur stasiun TV pemerintah, kata keluarganya.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, "Kami menolak tindakan militer dan menyerukan pembebasan segera perdana menteri dan lainnya yang telah ditempatkan di bawah tahanan rumah."

Dewan Keamanan PBB kemungkinan akan membahas Sudan secara tertutup pada Selasa, kata para diplomat.

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

7 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

10 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

12 jam lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

12 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

14 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

15 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

16 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

16 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

17 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya