Erdogan Batal Usir 10 Dubes Barat

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 26 Oktober 2021 07:57 WIB

Presiden Turki, Tayyip Erdogan berbicara di depan awak media setelah melaksanakan ibadah Salat Idul Adha di tengah kunjungan resmi Erdogan ke Republik Turki Siprus Utara, di Nicosia utara, Siprus 20 Juli 2021. Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki, Tayyip Erdogan, batal mengusir 10 duta besar Barat, termasuk Amerika Serikat, setelah mereka menyatakan mematuhi konvensi diplomatik tentang non-intervensi.

"Tujuan kami bukan untuk menciptakan krisis, itu adalah untuk melindungi hak, hukum, kehormatan, dan kedaulatan negara kami," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi setelah memimpin rapat kabinet.

"Dengan pernyataan baru yang dibuat oleh kedutaan yang sama hari ini, sebuah langkah mundur diambil dari fitnah terhadap negara dan bangsa kita ini. Saya percaya para duta besar ini ... akan lebih berhati-hati dalam pernyataan mereka mengenai hak kedaulatan Turki."

Presiden Erdogan akhir pekan lalu mengatakan, bahwa dia telah memerintahkan 10 dubes dinyatakan "persona non grata" karena menuntut pembebasan Osman Kavala, seorang dermawan yang dipenjara karena dituduh mendanai unjuk rasa dan kudeta.

Advertising
Advertising

Terlepas dari nadanya yang menantang, komentar Erdogan pada hari Senin adalah perubahan nyata untuk mendinginkan ketegangan setelah ancaman yang dia buat pada akhir pekan.

Para duta besar, termasuk dari AS, telah meminta pihak berwenang pekan lalu untuk membebaskan Osman Kavala, seorang dermawan yang ditahan selama empat tahun dengan tuduhan mendanai protes dan keterlibatan dalam upaya kudeta. Dia menyangkal tuduhan itu.

Pernyataan itu membuat marah Ankara, yang mengatakan para diplomat - juga dari Jerman, Prancis, Kanada, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, Denmark dan Finlandia - ikut campur dalam urusan internal Turki.

Ketika Erdogan mengumpulkan para menterinya pada Senin sore untuk membahas pengusiran yang bisa memicu keretakan terdalam dengan Barat dalam 19 tahun kekuasaannya, beberapa kedutaan mengeluarkan pernyataan singkat.

"Amerika Serikat mencatat bahwa mereka mempertahankan kepatuhan terhadap Pasal 41 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik," kata Kedutaan Besar AS di Twitter. Kedutaan besar lainnya menerbitkan pesan serupa atau men-tweet ulang pesan AS.

Versi pemerintah Turki, pernyataan AS itu menunjukkan bahwa kedutaan "mengkonfirmasi" kepatuhan terhadap konvensi, yang menurut beberapa pengamat dapat dibaca untuk menunjukkan bahwa kedutaan menjanjikan kepatuhan di masa depan.

"Ambiguitas strategis yang memungkinkan Erdogan mengklaim bahwa Barat telah menyerah, sementara versi bahasa Inggris memberi kesan di negara asalnya bahwa Barat tetap berdiri teguh," kata mantan anggota parlemen oposisi Aykan Erdemir di Twitter.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat kemudian mengatakan pernyataan di Twitter berarti "untuk menggarisbawahi bahwa pernyataan yang kami keluarkan pada 18 Oktober konsisten dengan Pasal 41", dan menambahkan akan melanjutkan dialog dengan Turki.

Berita terkait

Hentikan Sementara Pengiriman Senjata, Amerika Serikat Ingin Peringatkan Israel

4 jam lalu

Hentikan Sementara Pengiriman Senjata, Amerika Serikat Ingin Peringatkan Israel

Sumber mengatakan langkah penghentian sementara senjata ke Israel adalah untuk memperingatkan Tel Aviv jangan menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

6 jam lalu

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata yaitu 3.500 bom ke Israel pekan lalu, khawatir digunakan di Rafah.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

9 jam lalu

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

Xi jinping kunjungan kerja ke Serbia untuk memperingati 25 tahun pengeboman oleh NATO pada kantor kedutaan besar Cina di Serbia

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

10 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meyakinkan Israel akan kembali membuka penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

17 jam lalu

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

1 hari lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

1 hari lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Tragedi Penembakan di Pesta Remaja Buffalo AS Tewaskan Seorang Remaja Putri dan Lukai 5 Lainnya

1 hari lalu

Tragedi Penembakan di Pesta Remaja Buffalo AS Tewaskan Seorang Remaja Putri dan Lukai 5 Lainnya

Lagi-lagi terjadi penembakan di Amerika Serikat, kali ini terjadi di Buffalo yang menewaskan seorang remaja putri dan melukai lima orang lainnya.

Baca Selengkapnya

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

1 hari lalu

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

Amerika Serikat tengah menjadi sorotan pasca-penembakan terbaru di Buffalo dan legalisasi senjata api di Tennessee. Bagaimana fakta-faktanya?

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

1 hari lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya