Swedia Prihatin Ekonomi Afghanistan Menuju Kelumpuhan

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 23 Oktober 2021 20:30 WIB

Sejumlah wanita melakukan aksi protes di Kabul, Afghanistan, 21 Oktober 2021. Dalam aksi tersebut, mereka menuntut hak-hak wanita yang menurut mereka hilang sejak Taliban berkuasa. REUTERS/Zohra Bensemra

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri bidang Kerja Sama Internasional Swedia, Per Olsson Fridh, pada Sabtu, 23 Oktober 2021, memperingatkan Afghanistan sedang menuju keruntuhan ekonomi, yang berisiko membawa negara itu pada krisis politik baru. Afghanistan saat ini telah terperosok dalam krisis setelah Taliban pada Agustus lalu mengambil alih pemerintahan Afghanistan yang didukung oleh negara-negara Barat.

“Kekhawatiran saya adalah negara ini (Afghanistan) berada di ambang kehancuran dan kehancuran itu datang lebih cepat dari yang kita fikirkan,” kata Fridh.

Ribuan warga Afghanistan memprotes Taliban di kota selatan Kandahar pada hari Selasa, 14 September 2021. Keluarga yang tinggal selama hampir 30 tahun, telah diberi waktu tiga hari untuk mengosongkan rumahnya. ASVAKA News Agency/REUTERS

Advertising
Advertising

Menurutnya, ekonomi Afghanistan yang terjun bebas bisa menciptakan sebuah lingkungan berkembangnya kelompok-kelompok teror. Ke-27 negara anggota Uni Eropa, termasuk Swedia, telah meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan sejak Taliban mengambil alih pemerintahan Afghanistan.

Hanya saja, bantuan untuk pembangunan telah dihentikan. Kebijakan ini juga banyak diambil oleh negara – negara lain dan Bank Dunia.

Sebelumnya pada Jumat kemarin, 22 Oktober 2021, Palang Merah mendesak masyarakat internasional agar mau membuka diri dengan Taliban. Sebab lembaga-lembaga nirlaba hanya bisa memberikan solusi sementara.

Swedia sebelumnya telah berupaya meningkatkan pengamanan pada layanan dasar melalui LSM-LSM di Afghanistan. Namun negara-negara lain mungkin perlu diyakinkan bahwa ini bisa saja dilakukan tanpa perlu melegitimasi pemerintahan Taliban.

Fridh memastikan, Swedia tidak akan menyerahkan uang bantuan pembangunan melalui Taliban. Kelompok garis keras Taliban dihujani kritik karena gagal menegakkan hak-hak tertentu sejak merebut kekuasaan. Diantara hak-hak yang gagal ditegakkan adalah tidak mengizinkan perempuan mengakses pendidikan.

Sebagian besar negara di dunia telah menutup kantor Kedutaan Besar mereka di Ibu Kota Kabul. Beberapa negara ada yang merelokasinya ke Qatar, sebuah negara teluk yang menjadi mediator antara Taliban dengan negara-negara Barat. Fridh mengatakan negara-negara Eropa belum siap membuka kembali kantor Kedutaan Besar mereka di Kabul.

Baca juga: Wanita Afghanistan: PBB Harus Paksa Taliban Penuhi Hak Perempuan

Sumber: Reuters

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

16 jam lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

16 jam lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Bilang Begini soal Jatah Kursi Menteri di Kabinet Prabowo

3 hari lalu

NasDem dan PKB Bilang Begini soal Jatah Kursi Menteri di Kabinet Prabowo

NasDem dan PKB angkat bicara soal jatah kursi menteri jika kelak jadi bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Apa kata mereka?

Baca Selengkapnya

Para Menteri Jokowi Ikut Nobar Timnas U-23 vs Uzbekistan di Istana

4 hari lalu

Para Menteri Jokowi Ikut Nobar Timnas U-23 vs Uzbekistan di Istana

Presiden Jokowi mengundang relawan dan Menteri untuk hadir ke Istana menyaksikan dan nonton bareng semifinal AFC U-23 Indonesia lawan Uzbekistan.

Baca Selengkapnya

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

4 hari lalu

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Dua menteri Israel secara terbuka menentang kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan berkukuh akan menyrang Rafah

Baca Selengkapnya

Belum Siapkan Nama Menteri, NasDem Fokus Dua Hal Ini

6 hari lalu

Belum Siapkan Nama Menteri, NasDem Fokus Dua Hal Ini

Prabowo belum menawarkan kursi menteri, Partai Nasdem fokus pada kepemimpinan ide dan rekonsiliasi.

Baca Selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri dalam Kabinet Menunggu Kesepakatan Jokowi dan Para Ketua Umum Partai

8 hari lalu

TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri dalam Kabinet Menunggu Kesepakatan Jokowi dan Para Ketua Umum Partai

Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran , Drajad Wibowo, angkat bicara soal persiapan penyusunan kabinet pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Sama-sama Bantu Presiden, Apa Beda Kedudukan Wakil Presiden dengan Menteri?

8 hari lalu

Sama-sama Bantu Presiden, Apa Beda Kedudukan Wakil Presiden dengan Menteri?

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Presiden dibantu Wakil Presiden. Presiden juga dibantu para menteri. Lalu, apa bedanya Wapres dengan menteri?

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

8 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya