Aung San Suu Kyi, Pemimpin Myanmar Sering Berhadapan dengan Junta Militer

Reporter

Tempo.co

Senin, 18 Oktober 2021 20:02 WIB

Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi pada Pengadilan Internasional (ICJ)

TEMPO.CO, Jakarta - Kudeta pemerintahan sipil oleh militer Myanmar menjadi sorotan dunia pada Februari 2021. Aung San Suu Kyi yang merupakan Pemimpin Partai National League for Democracy (NLD) menjadi salah satu pemimpin sipil yang diculik dalam kudeta tersebut. Hingga saat ini, Suu Kyi masih ditahan dan berada di bawah pengawasan Rezim Junta Militer Myanmar.

Belakangan ini, beberapa aktor politik internasional untuk menemui Aung San Suu Kyi mendapat tekanan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengirimkan utusan khusus dari ASEAN, Erywan Yusof, untuk menemui Aung San Suu Kyi. Beberapa negara pun mendesak Junta Militer Myanmar untuk mengizinkan utusan tersebut bertemu dengan Aung San Suu Kyi.

Tidak tanggung-tanggung, sebagaimana dilansir dari channelnewsasia.com, negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia termasuk dalam 8 negara yang mendesak Myanmar.

Aung San Suu Kyi merupakan seorang figur politik yang sudah lama malang-melintang dalam perpolitikan Myanmar. Ia merupakan anak dari seorang pahlawan nasional Burma, Aung San. Dilansir dari britannica.com, Aung San dinobatkan menjadi pahlawan nasional Burma tidak lain karena dedikasinya dalam membebaskan negara tersebut dari kolonialisme Britania Raya pada 1940-an. Sementara itu, ibu Aung San Suu Kyi merupakan seorang diplomat terkenal dari Burma, Khin Yi.

Saat Aung San meninggal karena dibunuh, Aung San Suu Kyi masih berusia dua tahun. Ia pun meneruskan kehidupannya di Burma. Ia pun menempuh pendidikan di Burma hingga 1960. Setelah lulus pendidikan dasar, ia meneruskan pendidikan ke Universitas Oxford mengambil studi ilmu politik. Selepas lulus, karir politik Aung San Suu Kyi pun dimulai.

Advertising
Advertising

Puncak karir politik Aung San Suu Kyi terjadi ketika ia ditangkap oleh rezim militer Myanmar pada 1989. Ia diberi kesempatan untuk dibebaskan, tetapi ia menolak dan lebih memilih untuk menunggu hingga semua pejabat sipil dibebaskan oleh rezim militer Myanmar.

Ketika partai NLD yang dipimpin Aung San Suu Kyi memenangi lebih dari 80 persen suara pada Pemilu Myanmar pada 1990, rezim militer Myanmar belum membebaskannya. Bahkan, ketika ia mendapat penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991, ia masih ditahan. Anak laki-lakinya, Alexander Aris, mewakili ibunya untuk menerima penghargaan tersebut. Berbagai penangkapan tersebut membuatnya menjadi salah satu pemimpin yang paling sering ditahan oleh rezim militer.

NAOMY AYU NUGRAHENI

Baca: Junta Militer Larang Utusan ASEAN Bertemu Aung San Suu Kyi

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

4 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

9 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

9 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya