Angela Merkel: Uni Eropa Baru Bisa Hadapi Cina jika Kompak

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 15 Oktober 2021 07:32 WIB

Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu Presiden Cina Xi Jinping di Beijing, Jumat, 6 September 2019. [CHINA DAILY]

TEMPO.CO, Jakarta - Eropa hanya dapat bersaing dengan Cina jika berbicara dengan satu suara, kata Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan lebih banyak persatuan di seluruh benua.

"Bagaimana kita menghadapi kebangkitan Cina sebagai kekuatan ekonomi, politik dan militer ... sangat bergantung pada apakah Eropa benar-benar berbicara dengan satu suara," kata Angela Merkel di Spanyol setelah menerima hadiah Carlos V, Kamis, 14 Oktober 2021.

"Eropa hanya akan kuat jika bersatu," katanya seperti dikutip Reuters.

Merkel dan Presiden Cina Xi Jinping mengadakan panggilan video pada Rabu, membicarakan perkembangan hubungan Cina-Jerman dan Cina-Uni Eropa.

Pernyataan Merkel itu karena memburuknya hubungan CIna dan Uni Eropa dalam setahun terakhir.

Advertising
Advertising

Presiden Xi Jinping juga akan bicara melalaui telepon dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel pada hari Jumat, menurut seorang pejabat Uni Eropa yang mengetahui rencana tersebut.

Menyusul pertemuan 27 pemimpin Uni Eropa pekan lalu, di mana mereka membahas perlunya "menyeimbangkan kembali" hubungan dengan Cina, pembicaraan antara Xi dan Michel akan menandai pertama kalinya keduanya berbicara secara langsung sejak akhir tahun lalu.

Hubungan UE-Cina telah memburuk selama setahun terakhir karena perlakuan Beijing terhadap minoritas Muslim Uyghur di wilayah Xinjiang serta pertikaian dengan Lithuania dan Taiwan, demikian dilaporkan Politico.

Beberapa negara Uni Eropa termasuk Lithuania telah menyerukan pendekatan yang lebih keras ke Cina. Pada hari Minggu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell berjanji untuk berunding dengan Beijing "dari posisi persatuan dan kekuatan."

Seorang diplomat Uni Eropa mengatakan Michel akan mendesak Xi untuk mempertimbangkan kembali sanksi yang dikenakan Beijing pada politisi Uni Eropa setelah blok itu sendiri menjatuhkan sanksi pada pejabat Cina terkait dengan kerja paksa di Xinjiang.

Pembalasan Cina secara efektif membekukan pekerjaan untuk menyelesaikan kesepakatan investasi Brussels dengan Beijing yang disepakati akhir tahun lalu.

Diplomat lain mengatakan panggilan itu menunjukkan kebutuhan Uni Eropa untuk merumuskan kebijakan Cina sendiri “dari sudut otonomi strategis.” Juru bicara Michel menolak berkomentar.

Reinhard Bütikofer, yang ada dalam daftar sanksi Beijing, menyebut seruan yang direncanakan itu sebagai perkembangan "positif".

"Saya membacanya sebagai sinyal bahwa #Beijing mulai memahami pelajaran penting: mereka tidak dapat membuat kemajuan nyata hanya dengan berbicara dengan para pemimpin masing-masing negara anggota," kata Bütikofer di akun Twitter.

Seruan itu juga datang di tengah laporan bahwa Xi tidak akan menghadiri KTT G20 mendatang di Roma secara langsung akhir bulan ini, yang dapat membuat lebih sulit untuk mencapai kesepakatan tentang komitmen iklim.

Berita terkait

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

9 jam lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

14 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

22 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

23 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

1 hari lalu

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

Xi jinping kunjungan kerja ke Serbia untuk memperingati 25 tahun pengeboman oleh NATO pada kantor kedutaan besar Cina di Serbia

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

1 hari lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

2 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

2 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

3 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya