Staf KJRI LA Diduga Melakukan Kekerasan pada ART
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Kamis, 14 Oktober 2021 16:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah meyakinkan kasus kekerasan terhadap Asisten Rumah Tangga (ART) oleh Cecilia Rusdiharini - staf KJRI Los Angeles, Amerika Serikat, sudah ditindak lanjuti.
Kementerian Luar Negeri RI pada Senin, 11 Oktober 2021, sudah meminta keterangan dari Cecilia setelah kasusnya melakukan kekerasan pada ART bernama Sri Yatun dipublikasi media Washington Post. Faizasyah, tidak menjelaskan apa hasil dari pemeriksaan tersebut.
“Di saat yg bersamaan, KJRI LA telah diinstruksikan untuk menghubungi Sdri. Sri Yatun guna mendalami permasalahan yang terjadi pada 15 tahun lalu tersebut. Sejauh ini sesuai proses APIP, merujuk aturan kepegawaian (ASN), prosesnya adalah memintakan keterangan,” kata Faizasyah saat dihubungi Tempo.
Ditanya sanksi apa yang mungkin dikenakan pada Cecilia, Faizasyah hanya menjelaskan bahwa proses memintai keterangan pada Cecilia masih berjalan, termasuk mengkonfirmasi pemberitaan tersebut.
Sebelumnya Washington Post, mewartakan kekerasan yang dialami Sri Yatun, WNI yang bekerja sebagai ART pada Cecilia – staf di KJRI LA. Dia menceritakan suami Cecilia adalah tipe orang yang meledak-ledak, yang suka melakukan kekerasan verbal dan pernah pula melakukan kekerasan fisik. Dia pernah di lempar dengan remote dan dipukul kepalanya.
Sri Yatun, yang lulusan SD, menerima gaji USD 50 – USD 100 (Rp 700 ribu – Rp 1,4 juta). Jumlah itu jauh di bawah standar gaji pekerja migran di Amerika Serikat, apa lagi dia bekerja siang – malam.
Sri Yatun sering berfikir untuk melarikan diri dari rumah Cecilia, namun dia diancam oleh Cecilia dan suaminya Tigor Situmorang, kalau ke luar rumah tanpa izin mereka. Sri Yatun juga ditakut-takuti kalau di Amerika Serikat sering terjadi penembakan massal dan geng bersenjata akan menangkap perempuan yang sendirian, lalu menjualnya untuk dijadikan budak seks. Namun siksaan telah membuat Sri Yatun tak tahan, dia pun akhirnya melarikan diri.
Sri Yatun masuk ke Amerika Serikat pada 2004 dan dia nekat keluar dari rumah Cecilia pada 2007 tanpa uang, tanpa rencana dan tanpa kemampuan bahasa Inggris. Setelah jalan kaki berjam-jam, Sri Yatun beristirahat di sebuah pom bensin hingga seorang perempuan dari Indonesia menolongnya.
Baca juga: Polisi Pelaku Kekerasan terhadap Jurnalis Tempo Nurhadi Mulai Diadili
Sumber: Washington Post