Ada Sinyal Ancaman dari Sindikat Narkoba, Belanda Tingkatkan Keamanan Mark Rutte
Reporter
Tempo.co
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 28 September 2021 14:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Belanda meningkatkan keamanan di sekitar Perdana Menteri Mark Rutte setelah polisi menerima sinyal tentang kemungkinan serangan oleh penjahat yang terkait dengan perdagangan narkoba, sebuah surat kabar Belanda melaporkan pada Senin, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Meskipun kekerasan senjata di Belanda jarang terjadi, pembunuhan dan kekerasan yang terkait dengan perdagangan narkoba telah menjadi hal biasa dalam beberapa tahun terakhir, karena persaingan kepala sindikat narkoba untuk memperebutkan wilayah.
Sebuah sumber pemerintah, yang berbicara dengan syarat anonim, membenarkan laporan tersebut di surat kabar De Telegraaf, dikutip dari Reuters, 28 September 2021. Otoritas keamanan nasional Belanda menolak mengomentari laporan tersebut.
"Keselamatan dan perlindungan adalah masalah yang tidak pernah dibahas di depan umum," kata Rutte ketika ditanya tentang laporan itu.
Terlepas dari desakan dinas keamanan untuk keamanan tambahan, Mark Rutte menolak untuk mengambil keamanan yang terlalu mencolok, menurut surat kabar AD, dikutip dari Netherland Times.
Mark Rutte, yang pemerintah konservatifnya telah bersumpah untuk memberantas kejahatan terorganisir, selalu berusaha mempertahankan tingkat perlindungan pribadi yang terbatas sejak menjabat sebagai perdana menteri hampir 11 tahun yang lalu.
Dia sering terlihat bersepeda dari rumahnya dan gedung-gedung pemerintah di Den Haag, dan sering didekati oleh orang yang lewat ingin berfoto selfie dengannya atau mengobrol.
Bbadan intelijen mendapat informasi bahwa Mark Rutte sedang diawasi oleh pengintai dalam kejahatan terorganisir, dan dia mungkin diserang atau dibunuh, pada awal September, menurut surat kabar AD.
Karena Rutte lebih suka bersepeda ke tempat kerja dan berjalan kaki di antara pertemuan, bahkan dalam pertemuan internasional, dinas keamanan ingin memberinya keamanan yang terlihat selama bersepeda dan berjalan kaki.
Namun Mark Rutte menolak dan menganggap informasi itu tidak cukup konkret. Dia tidak menginginkan keamanan yang mencolok, kata orang dalam kepada surat kabar AD.
Penolakan Rutte untuk keamanan ekstra menyebabkan gangguan dalam dinas keamanan, yang secara internal mengeluh bahwa perdana menteri menempatkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan nasional, menurut AD.
Sebagai tanda meningkatnya kekerasan dalam perdagangan narkoba, seorang reporter kriminal Belanda yang terkenal, Peter R. de Vries, ditembak di siang hari di Amsterdam pada bulan Juli, beberapa bulan setelah mengambil peran sebagai penasihat saksi utama dalam sebuah kasus narkoba kelas kakap. Dia meninggal karena luka fatal beberapa hari kemudian.
Mantan pengacara saksi utama telah dibunuh dengan cara yang sama di depan rumahnya di Amsterdam pada tahun 2019.
Ancaman lain terhadap politisi tidak jarang terjadi di Belanda. Pemimpin oposisi anti-Islam Geert Wilders telah dipaksa untuk tinggal di rumah perlindungan dan dikelilingi pengawal sejak 2004 karena ancaman pembunuhan yang terus-menerus.
Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa orang di seluruh Belanda telah didenda atau dijatuhi hukuman penjara pendek karena mengancam menteri dan anggota parlemen, terutama karena kebijakan virus corona.
Netherland Times melaporkan, baru-baru ini Pieter-Jaap Aalbersberg, Koordinator Nasional untuk Kontra-Terorisme dan Keamanan (NCTV), bertemu dengan Mark Rutte dan meyakinkannya agar mau menerima keamanan tambahan. Sejak itu pengawal tambahan dari Royal and Diplomatic Security Service (DKDB) dikerahkan untuk mengawasi Perdana Menteri Mark Rutte.
Baca juga: PM Belanda Mark Rutte Kecam Kerusuhan Unjuk Rasa Anti Lockdown COVID-19