Tren Baru di AS, Jasad Manusia Boleh Dijadikan Pupuk Tanaman

Reporter

Tempo.co

Senin, 27 September 2021 19:02 WIB

Seorang anggota staf krematorium hewan Rainbow Bridge Cremation Services menyebarkan abu hewan liar yang dikremasi di taman krematorium di Hong Kong, Cina 13 Agustus 2021.[REUTERS/Lam Yik]

TEMPO.CO, Jakarta - Negara bagian Colorado, Amerika Serikat melegalkan undang-undang baru yang mengizinkan tubuh manusia dijadikan pupuk. Aturan tersebut berlaku mulai bulan ini. Setelah proses pembusukan selama enam bulan, tubuh akan berubah menjadi tanah dan dapat digunakan untuk menanam apa saja mulai dari pohon hingga bunga.

Seth Viddal dari The Natural Funeral di Lafayette mengatakan hukum itu berlaku mulai 7 September. "Klien pertama kami adalah kemarin pukul 10 pagi," ujarnya seperti dikutip dari 9News.com.

Viddal adalah salah satu pemilik The Natural Funeral. Perusahaan ini yang pertama di Colorado yang menawarkan pengomposan tubuh manusia sebagai alternatif selain pemakaman tradisional seperti penguburan atau kremasi. Sebelum Colorado, pengomposan mayat manusia sudah legal di Washington.

"Kami secara efektif melakukan daur ulang sehingga dapat menggunakan kembali tubuh manusia yang berharga," kata Viddal. "Ini benar-benar transformasi yang lembut."

The Natural Funeral adalah perusahaan yang menyediakan layanan pengomposan mayat manusia. Pengomposan dilakukan pada peti yang dibentuk seperti kapal. Di sana, jasad manusia akan mengalami pembusukan alami selama enam bulan sebelum menjadi pupuk.

Advertising
Advertising

"Klien pertama kami ditempatkan di kapal kayu itu dengan dikelilingi jerami, tanaman alfalfa dan serpihan kayu serta banyak makhluk mikroba. Prosesnya alami, konversi tubuh terjadi dengan lembut sebelum berubah menjadi tanah," kata Viddal.

Tanaman alfalfa, jerami dan serpihan kayu telah diubah dan digabungkan dengan tubuh menjadi tanah. Hasilnya adalah tanah subur yang dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman, pohon, dan bunga serta memberikan kehidupan baru.

Hukum di Colorado tidak mengizinkan tanah dari tubuh manusia itu untuk dijual atau digunakan untuk menanam tanaman yang dapat dimakan. Keluarga yang memilih untuk mengkomposkan keluarga mereka setelah meninggal, dapat menyimpan tanah atau menyumbangkannya ke pertanian.

"Kami sedang melakukan proses konversi yang membawa tubuh diterima dan digunakan bumi," kata Viddal.

Beberapa pekan sejak undang-undang itu diberlakukan, Viddal mengaku mendapat lusinan telepon dari orang-orang yang ingin mendaftar untuk layanan itu setelah mereka meninggal. Saat ini, mereka adalah satu-satunya perusahaan yang menawarkan layanan ini di Colorado dan hanya memiliki satu kapal.

AJ Killeen, 40, adalah salah satu orang yang berminat tubuhnya dijadikan pupuk setelah meninggal. "Pada dasarnya kita semua akan berubah menjadi debu. Ini sedikit lebih alami," katanya.

"Mereka akan mengontrol kelembaban dan perubahan tanah. Semoga cacing-cacing dan jamur menemukan tempat yang baik dalam diri saya dalam beberapa bulan," ujar Killeen dilansir dari ABC.

Viddal mengenakan biaya US$ 7.900 atau sekitar Rp 112 juta untuk mengubah mayat menjadi pupuk. Angka ini diklaim lebih murah dibandingkan pemakaman tradisional yang membutuhkan biaya hingga US$ 10 ribu.

Meski sudah mendapat izin pemerintah, tindakan itu menuai kritik dari Gereja Katolik di Colorado. Sekelompok uskup menentang aturan tersebut dan menyebut pengomposan tubuh merendahkan martabat manusia.

AFIFA RIZKIA AMANI | DEWI | 9NEWS.COM | ABC

Berita terkait

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

21 jam lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Temukan Jenazah 3 Sandera dari Jalur Gaza

1 hari lalu

Militer Israel Temukan Jenazah 3 Sandera dari Jalur Gaza

Kepala juru bicara militer Israel mengatakan mereka menemukan jenazah tiga orang yang disandera Hamas di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

1 hari lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

1 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

1 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

2 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

2 hari lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

2 hari lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya