Jenderal AS Telepon Cina, Khawatir Trump Picu Perang setelah Kalah Pilpres

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Rabu, 15 September 2021 13:31 WIB

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pernyataan tentang Iran diapit oleh Kepala Staf Jenderal Angkatan Darat AS James McConville, Chiarman dari Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley dan Wakil Presiden Mike Pence di Foyer Grand di Gedung Putih di Washington, AS, Januari 8, 2020. [REUTERS / Kevin Lamarque]

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley diam-diam menelepon petinggi militer Cina dua kali karena kekhawatiran Presiden AS saat itu Donald Trump dapat memicu perang dengan Cina karena potensi kekalahannya dalam pemilihan dan setelahnya.

Mark Milley menelepon Jenderal Li Zuocheng dari Tentara Pembebasan Rakyat pada 30 Oktober 2020 - empat hari sebelum pemilihan - dan pada 8 Januari 2021, dua hari setelah pendukung Donald Trump menimbulkan kerusuhan di Gedung Capitol, demikian dilaporkan Washington Post, seperti dikutip Reuters, Rabu, 15 September 2021.

Dalam panggilan telepon itu, Milley berusaha meyakinkan Li bahwa Amerika Serikat stabil dan tidak akan menyerang dan, jika ada serangan, dia akan memberikan peringatan.

Laporan itu didasarkan pada "Peril" sebuah buku baru oleh jurnalis Bob Woodward dan Robert Costa, yang menurut mereka mengandalkan wawancara dengan 200 sumber dan akan dirilis minggu depan.

Trump, dalam sebuah pernyataan, meragukan cerita itu, menyebutnya "dibuat-buat".

Advertising
Advertising

Dia mengatakan jika cerita itu benar, Milley harus diadili karena pengkhianatan. "Sebagai catatan, saya bahkan tidak pernah berpikir untuk menyerang Cina," kata Trump.

Kepala Staf Gabungan Militer AS Jenderal Mark Milley [REUTERS / Kevin Lamarque]

Kantor Milley menolak berkomentar atas kabar itu.

Senator Republik Marco Rubio meminta Presiden Joe Biden untuk segera memecat Milley.

"Saya tidak perlu memberi tahu Anda bahaya yang ditimbulkan oleh perwira militer senior yang membocorkan informasi rahasia tentang operasi militer AS, tetapi saya akan menggarisbawahi bahwa subversi semacam itu merusak kemampuan Presiden untuk bernegosiasi dan memanfaatkan salah satu instrumen kekuatan nasional negara ini dalam hubungan dengan negara asing," kata Rubio.

Menanggapi laporan Washington Post, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menolak berkomentar dan menyarakan pertanyaan diajukan kepada Kepala Staf Gabungan dan Departemen Pertahanan.

Trump, seorang Republikan, menunjuk Milley menduduki jabatan militer teratas pada 2018 tetapi mulai mengkritiknya, serta orang-orang yang ditunjuk dan mantan staf, setelah kalah dalam pemilihan presiden dari Biden pada November 2020.

Menurut The Washington Post, Milley termotivasi menghubungi Beijing untuk kedua kalinya sebagian karena percakapan telepon Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi pada 8 Januari 2021. Ketika itu, Pelosi menanyakan soal perlindungan apa yang ada untuk mencegah "presiden yang tidak stabil" meluncurkan serangan nuklir.

"Dia gila. Anda tahu dia gila," kata Nancy Pelosi kepada Milley, seperti dilaporkan surat kabar itu, mengutip transkrip panggilan tersebut. Mark Milley lalu menjawab, "Saya setuju dengan Anda dalam segala hal."

Berita terkait

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

7 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

8 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

14 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

17 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

1 hari lalu

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

Jika Trump jadi dipenjara, Amerika bisa jadi akan menghadapi momen yang belum pernah terjadi: Seorang mantan presiden AS berada di balik jeruji besi.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

1 hari lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

1 hari lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

1 hari lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

1 hari lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya