Taliban Batasi Perempuan Hanya Boleh Bekerja di Sektor Medis dan Pendidikan

Selasa, 14 September 2021 16:30 WIB

Siswa perempuan dan laki-laki menghadiri kelas yang dipisahkan dengan tirai di Universitas Avicenna di Kabul, Afghanistan, 6 September 2021. Sebelum Taliban berkuasa, perempuan diperbolehkan berpenampilan dan berkarier sesuai dengan kehendaknya. Media sosial/ REUTERS.

TEMPO.CO, Jakarta - Taliban mengklarifikasi bahwa mereka tidak melarang perempuan Afghanistan untuk belajar ataupun bekerja. Sebaliknya, perempuan Afghanistan tetap diperbolehkan untuk melakukan keduanya, namun dibatasi pada sektor-sektor yang diizinkan.

Mengutip laporan Reuters, sektor yang sudah diizinkan adalah pendidikan dan medis. Pertimbangan Taliban, fasilitas khusus terpisah bisa disiapkan untuk perempuan Afghanistan yang ingin masuk ke sektor tersebut. Sebagai catatan, Taliban melarang perempuan dan pria Afghanistan bekerja bersama di ruang yang sama.

"Kami tentu membutuhkan perempuan, misalnya untuk obat-obatan dan pendidikan. Kami akan memiliki institusi terpisah untuk mereka mulai dari rumah sakit terpisah, universitas terpisah, sekolah terpisah, madrasah terpisah," ujar pejabat senior Taliban, Waheedullah Hashimi, dikutip dari Reuters, Selasa, 14 September 2021.

Hashimi menambahkan, perempuan juga boleh bertemu pria di luar rumah, namun pada situasi tertentu saja. Salah satu contohnya adalah pasien perempuan bertemu dokter pria ketika pergi berobat.

Jubir Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan pernyataan Hashimi. Ia berkata, perempuan tetap bagian vital dari komunitas Afghanistan dan mereka akan bekerja di sektor-sektor berbeda. Ia pun mengatakan pihaknya sudah mengontak perempuan-perempuan pegawai negeri untuk kembali ke Afghanistan.

Soal pendidikan, Menteri Pendidikan Tinggi Taliban mengatakan pada Ahad kemarin bahwa perempuan Afghanistan tetap boleh menempuh pendidikan di universitas. Namun, pemisahan gender akan dilakukan. Sebagai contoh, di ruang kelas, kursi pria dan perempuan akan dipisah plus kedua kelompok akan dibatasi tirai agar tak bisa melihat satu sama lain.

Per berita ini ditulis, perempuan Afghanistan telah mengadakan berbagai demonstrasi untuk menentang pendekatan yang diambil Taliban. Menurut mereka, apa yang dialkukan Taliban adalah memberangus hak-hak perempuan untuk berkembang. Taliban merespon keras demonstrasi tersebut, bahkan membubarkan beberapa di antaranya dengan menembakkan senjata api.

Di luar Afghanistan, berbagai pihak berupaya mendesak Taliban untuk memenuhi janjinya soal menghargai hak-hak perempuan. Beberapa di antaranya bahkan memberikan pernyataan keras. Prancis, misalnya, menyebut Taliban pembohong dan tidak mau lagi berurusan dengannya. Dewan HAM PBB menyatakan hal senada dan mendesak adanya sistem monitoring pemenuhan HAM dan pengawasan Taliban di Afghanistan.

Baca juga: Taliban: Perempuan Tak Seharusnya Bekerja Bersama Pria

ISTMAN MP | REUTERS



Berita terkait

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

4 jam lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

1 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

2 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

3 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

4 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

4 hari lalu

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

8 hari lalu

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

9 hari lalu

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

Kementerian Luar Negeri RI menyoroti gagalnya PBB mensahkan keanggotaan penuh Palestina.

Baca Selengkapnya