Hadapi Voting Kepercayaan, PM Malaysia Teken Kerjasama dengan Oposisi

Senin, 13 September 2021 14:30 WIB

Perdana Menteri baru Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengambil sumpah jabatan saat pelantikannya di Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, 21 Agustus 2021. Ismail Sabri Yaakob mengambil sumpah jabatan di depan raja dan pemimpin koalisi lainnya, termasuk mantan perdana menteri Najib Razak. Malaysia Information Department/Khirul Nizam Zanil/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob akan mengesahkan kerjasama antara koalisi pemerintahan dan koalisi oposisi Senin ini, 13 September 2021. Dikutip dari kantor berita Reuters, langkah tersebut salah satunya diambil untuk menjaga kestabilan politik di Malaysia yang diguncang berbagai isu beberapa bulan terakhir.

Selain untuk menjaga kestabilan politik di Malaysia, langkah terkait juga diambil untuk menjaga dukungan di parlemen. Dengan begitu, Ismail Sabri Yaakob bisa memenangkan voting kepercayaan di parlemen plus meminimalisir potensi dimakzulkan di masa depan.

Diberitakan sebelumnya, Ismail Sabri Yaakob diangkat menjadi PM Malaysia pada Agustus lalu setelah pendahulunya, Muhyiddin Yassin, ditekan untuk mundur. Namun, Ismail Sabri Yaakob tidak mengumpulkan dukungan dominan di parlemen yang mendorong Kerajaan Malaysia mewajibkannya mengikuti voting kepercayaan.

"Kami telah sepakat untuk bersama-sama fokus pada perubahan dan reformasi. Memo kesepakatan ini bertujuan untuk mengembalikan stabilitas politik di tengah upaya menghadapi pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi Malaysia," ujar pernyataan pers bersama yang dirilis pada Ahad kemarin oleh perwakilan pemerintahan dan koalisi oposisi yang dipimpin Pakatan Harapan.

Ismail Sabri Yaakob sudah mengambil sejumlah langkah untuk memastikan dukungan kepadanya solid. Salah satu di antaranya adalah kebijakan membatasi batas periode kepemimpinan seorang PM menjadi 10 tahun saja.

Selain itu membatasi periode kepemimpinan PM, Ismail Sabri Yaakon juga menawarkan aturan perlunya kesepakatan bipartisan untuk semua rancangan legislasi yang dibawa ke parlemen plus mengurangi aturan usia minimum seseorang boleh mengikuti pemilu. Ke depannya, usia 18 tahun sudah bisa mengikuti pemilu sementara sekarang seseorang harus berusia 21 tahun dulu.

Sebagai catatan, Malaysia sudah dilanda ketidakstabilan politik sejak tahun 2018. Hal itu dimulai dengan kalahnya Partai UMNO pada pemilu tahun itu. Padahal, UMNO memimpin pemerintahan selama 60 tahun sejak kemerdekaan Malaysia. UMNO, pada saat itu, dilanda kasus korupsi yang menjerat pejabat-pejabatnya.

Dua pemerintahan jatuh sejak saat itu, gagal menyelesaikan periode administrasi hingga usai. Kemenangan Ismail Sabri Yaakob adalah untuk pertama kalinya UMNO kembali ke pemerintahan sejak 2018.

Baca juga: Jadi PM ke-9 Malaysia, Berikut Kontroversi Ismail Sabri Yakoob

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

1 jam lalu

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

Deputi Otorita IKN Agung Wicaksono menyatakan beberapa perusahaan dari Malaysia dan Jerman telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

1 hari lalu

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

KFC menutup 100 gerainya di Malaysia. Perusahaan mengaku karena ekonomi sulit. Media lokal menyebut karena terdampak boikot pro-Israel.

Baca Selengkapnya

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

2 hari lalu

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

Saat melancong ke Malaysia, jangan lupa membeli oleh-oleh khas Malaysia yang kekinian dan murah. Berikut ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

3 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

3 hari lalu

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

Langkawi menyuguhkan objek wisata baru berupa skywalk dengan desain untuk

Baca Selengkapnya

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

4 hari lalu

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

Timnas U-23 Indonesia akan berduel melawan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 pada senin malam WIB, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

4 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

Supriyanto mengatakan puluhan pekerja migran tersebut rata-rata berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

5 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

6 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya