Taliban: Perempuan Boleh Belajar di Universitas Asal Terpisah dari Siswa Pria

Senin, 13 September 2021 13:30 WIB

Sebuah auditorium universitas di Kabul dipenuhi mahasiswa dan aktivis pro-Taliban, di Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021. Demo ini bertepatan dengan peringatan 20 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat.. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Taliban akhirnya mengkonfirmasi secara resmi bahwa perempuan boleh kembali ke kampus untuk melanjutkan studi menyusul terbentuknya pemerintahan baru di Afghanistan. Walau begitu, Taliban juga memastikan bahwa segregasi gender (pemisahan gender) dan aturan berpakaian bakal diterapkan di lingkungan kampus.

Menurut laporan Reuters, Taliban mewajibkan perempuan dan pria harus dipisah, tidak boleh berbaur di kelas. Selain itu, perempuan wajib mematuhi aturan berpakaian yang ditetapkan di syariat Islam.

"Pelajar perempuan akan diajar oleh guru perempuan selama memungkinkan...Untungnya, kita memiliki banyak sekali pengajar perempuan. Jadi, tidak akan ada masalah soal itu. Segala upaya akan dilakukan untuk hal itu," ujar Menteri Pendidikan Tinggi Abdul Baqi Haqqani, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 13 September 2021.

Misalkan ke depannya timbul situasi di mana tidak ada pengajar untuk pelajar perempuan, Haqqani berkata kebijakan khusus akan diterapkan. Dalam situasi tersebut, pengajar pria akan diperbolehkan untuk mengajar pelajar perempuan. Namun, kata ia, syariat Islam tetap harus diterapkan.

Sebelum Taliban mengeluarkan pernyataan soal wajib pemisahan gender di lingkungan kampus, sejumlah universitas telah melakukannya lebih dulu. Di beberapa kampus, tempat duduk pelajar perempuan dan pria dipisahkan.

Tidak berhenti di situ, barisan tempat duduk pelajar pria dan perempuan juga dibatasi dengan dengan tirai. Dengan begitu, mereka tidak bisa saling memandang satu sama lain sepanjang kelas berjalanan.

"Aturan tersebut akan berlaku di seluruh Afghanistan. Ke depannya, kami juga akan mengkaji kembali materi-materi yang diajarkan di kampus," ujar Haqqani menegaskan.

Sejak Taliban mengambil alih pemerintahan Afghanistan, hak-hak perempuan menjadi salah satu hal yang paling disorot. Sebagian besar perempuan di Afghanistan khawatir Taliban akan memberangus hak-hak mereka, termasuk hak untuk belajar dan terlibat dalam kegiatan politik.

Kekhawatiran itu wajar. Saat Taliban pertama kali memimpin Afghanistan pada periode 1996-2001, hak-hak perempuan dibatasi. Mereka tidak boleh belajar ataupun keluar dari rumah tanpa pengawasan. Sekarang, Taliban berjanji akan lebih modern dan mengakui hak-hak perempuan Afghanistan walaupun realita di lapangan belum sepenuhnya mendukung janji tersebut.

Baca juga: Taliban Larang Perempuan Olahraga, Atlet Sepeda Afghanistan Pindah ke Kanada

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

21 jam lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Pekerja Perempuan 24 Persen, PLN Klaim Dukung Kesetaraan Gender

1 hari lalu

Pekerja Perempuan 24 Persen, PLN Klaim Dukung Kesetaraan Gender

PLN mengaku berkomitmen menerapkan perlindungan, pencegahan, dan penanganan pelecehan seksual bagi pekerja perempuan di lingkungan perusahaan.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

2 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

2 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Istri Anggota TNI Ditahan usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Perempuan Mahardhika: Darurat Pemahaman Gender

18 hari lalu

Istri Anggota TNI Ditahan usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Perempuan Mahardhika: Darurat Pemahaman Gender

Perempuan Mahardhika mengatakan, polisi seharusnya melindungi perempuan seperti Anandira, korban perselingkuhan suami yang berani bersuara.

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

41 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024: Suarakan Tuntutan untuk Perempuan dan Minoritas Gender

58 hari lalu

International Women's Day Jogja 2024: Suarakan Tuntutan untuk Perempuan dan Minoritas Gender

Pada peringatan International Women's Day (IWD) Jogja 2024, para peserta membawa tuntutan berbeda yang menarik perhatian massa aksi. Apa tuntutannya?

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

59 hari lalu

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

6 Maret 2024

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya