Dua Tentara Junta Militer Myanmar Tewas, Termasuk Seorang Mayor
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Minggu, 12 September 2021 09:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dua tentara termasuk seorang mayor tewas dalam serangan yang dilakukan gerilyawan Myanmar terhadap sebuah kendaraan milik pasukan junta militer di Sanchaung, Yangon, Kamis, 9 Maret 2021.
Menurut laman Myanmar Now, Minggu, 12 September 2021, sejumlah anggota pasukan tentara junta militer sedang naik truk di dekat persimpangan jalan Bargaryar dan Baho ketika sekelompok pria melemparkan bahan peledak ke arah mereka.
Serangan pada sore hari itu, menyebabkan seorang perwira berpangkat mayor yang duduk di kursi penumpang depan tewas dalam baku tembak setelah ledakan, beberapa media lokal melaporkan.
Seorang prajurit, yang berada di bak truk juga menjadi korban. Rincian lebih lanjut tentang tentara yang tewas tidak segera tersedia.
Serangan itu terjadi di sebelah pasar yang sibuk, tetapi dua kelompok gerilya yang mengaku bertanggung jawab mengatakan tidak ada warga sipil yang terluka, demikian dilaporkan BBC Burma.
Kelompok-kelompok itu, yang menyebut diri mereka Pasukan Revolusi dan Generasi Tentara Pembebasan, menyebut serangan itu dengan nama sandi Tigre Ogre.
Seorang pria yang menyaksikan serangan itu mengatakan kepada Myanmar Now bahwa dia mendengar sekitar 20 tembakan dan kemudian ledakan saat berada di daerah itu. Dia melihat empat tentara terluka di dalam kendaraan.
Sekitar dua jam kemudian, ledakan lain dilaporkan terjadi di dekat persimpangan jalan Baho dan Zeyawaddy, beberapa ratus meter di utara lokasi serangan. Ledakan itu dilaporkan dilakukan oleh tentara setelah mereka menemukan bom lain di daerah tersebut.
Militer telah mengerahkan tentara di seluruh Sanchaung dan di daerah sekitarnya, menurut penduduk. Mereka memerintahkan pemilik toko di pasar Gwa terdekat untuk menutup bisnis mereka dan memeriksa orang yang lewat.
Mereka juga menggeledah sejumlah rumah di daerah itu sepanjang malam.
Pada hari Jumat, beberapa jalan di Sanchaung tetap diblokir dan administrator junta mengumumkan melalui pengeras suara bahwa jalan di lokasi serangan akan dibatasi untuk lalu lintas satu arah, seorang warga Sanchaung mengatakan kepada Myanmar Now.
Pemerintah setempat juga melarang pedagang kaki lima berjualan di jalan Baho dan memerintahkan orang-orang untuk menurunkan payung di daerah itu, kata warga setempat lainnya.
Sekitar 25 tentara dan polisi memblokir jalan Zeyawaddy dengan sekitar lima truk selama beberapa jam pada Jumat sore hingga sekitar pukul 6 sore dan melarang orang meninggalkan rumah mereka, kata seorang warga di sana.
Dia menambahkan, sekitar lima tentara datang ke apartemennya dan meminta dokumen pendaftaran rumah tangga dan jumlah penduduk yang tinggal di sana. Dia kemudian melihat pasukan yang sama mendobrak pintu untuk memasuki gedung apartemen lain di dekatnya.
"Mereka melakukan pencarian di hampir setiap rumah di jalan," katanya. “Mereka sepertinya sedang mencari sesuatu atau seseorang, tetapi saya tidak tahu apa itu dan mereka juga tidak mengatakannya.”
Tidak ada yang ditangkap dan jalan dibuka kembali setelah jam 6 sore, katanya, meskipun beberapa tentara tetap tinggal setelahnya.
“Yang kami rasakan saat ini adalah ketakutan,” katanya. “Kami hidup dalam ketakutan akan apa yang mungkin mereka lakukan terhadap kami. Kita semua ingin bebas dari ketakutan itu sesegera mungkin.”
Junta militer mengkudeta pemerintahan sipil di bawah Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 dengan dalih terjadi kecurangan dalam pemilu.
Baca juga Pertempuran Pecah Setelah Pemerintah NUG Deklarasikan Perang Lawan Junta Myanmar