TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 20 orang tewas dalam pertempuran antara milisi perlawanan dan junta militer yang berkuasa di Myanmar, menurut seorang saksi mata dan media lokal pada Jumat, dalam kekerasan terburuk sejak penentang junta mendeklarasikan perang terhadap rezim junta pekan ini.
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang dibentuk untuk menentang kudeta militer 1 Februari, pada Selasa menyerukan pemberontakan melawan kekuasaan militer, dalam upaya nyata untuk mengoordinasikan kelompok-kelompok yang memerangi tentara dan meyakinkan tentara dan pejabat negara untuk pindah haluan.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi, yang mengakhiri satu dekade demokrasi tentatif dan memicu kemarahan nasional, pemogokan dan protes. Kudeta militer mendorong munculnya kelompok-kelompok milisi yang telah menyerang pasukan keamanan.
Dikutip dari Reuters, 10 September 2021, pertempuran sejak Kamis antara militer dan relawan pertahanan yang bersekutu dengan pemerintah persatuan di desa Myin Thar, mengakibatkan korban di antara milisi lokal dan penduduk desa setelah pasukan menggunakan artileri berat, menurut media dan seorang saksi.
"Mereka menembakkan artileri, mereka membakar rumah-rumah di desa kami," kata seorang warga, 42 tahun, menambahkan tiga anak serta putranya yang berusia 17 tahun, seorang anggota milisi, termasuk di antara 20 orang yang tewas.
"Saya kehilangan semua yang saya miliki...saya tidak akan memaafkan mereka sampai kiamat," katanya kepada Reuters melalui telepon. Dia berupaya untuk mengenali putranya di antara mayat-mayat itu.
BBC Burma mengatakan 10 orang tewas di Myin Thar di wilayah Magway di Myanmar tengah, sementara surat kabar Irrawaddy melaporkan 17 korban, di antaranya anak di bawah umur.
Juru bicara militer Zaw Min Tun mengonfirmasi pertempuran terjadi di Magway, menurut Irrawaddy.
Negara tetangga Myanmar mendesak gencatan senjata dari semua pihak menyusul perlawanan nasional oleh Pemerintah Persatuan Nasional. Beberapa analis telah memperingatkan langkah itu bisa menjadi bumerang dan mempersulit upaya oposisi untuk mendapatkan dukungan internasional.
Irrawaddy juga melaporkan pembunuhan tiga tentara di kota terbesar, Yangon, pada Kamis.
Bentrokan meletus pada Kamis dan berlanjut pada Jumat malam di Thantlang di negara bagian Chin, yang berbatasan dengan India, media lokal Myanmar melaporkan.
Radio Free Asia dan surat kabar Mizzima melaporkan militer meluncurkan serangan udara di sana. Tidak ada laporan segera tentang korban.
Menteri pertahanan NUG tidak segera menanggapi permintaan konfirmasi insiden pada hari Kamis dan Jumat.
Reuters tidak dapat memverifikasi laporan bentrokan, yang tidak disebutkan oleh MRTV yang dikelola negara dalam buletin berita malamnya.
Junta militer secara ketat mengontrol informasi dan medianya selektif dalam melaporkan kerusuhan atau pertempuran di Myanmar.
Baca juga: Negara ASEAN dan Barat Khawatirkan Deklarasi Perang di Myanmar
REUTERS