Pemerintah Persatuan Nasional Deklarasikan Perang Melawan Junta Myanmar

Reporter

Tempo.co

Selasa, 7 September 2021 17:00 WIB

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bayangan penentang rezim junta Myanmar, menyerukan pemberontakan melawan junta pada Selasa, menetapkan strategi yang mencakup tindakan oleh milisi bersenjata dan pasukan etnis serta mendesak birokrat untuk meninggalkan jabatan mereka.

Duwa Lashi La, penjabat presiden Pemerintah Persatuan Nasional (NGU), mengatakan dalam pidatonya pemerintah bayangan, yang terdiri dari para anggota di pengasingan atau persembunyian, mengumumkan keadaan darurat.

Militer Myanmar menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, memicu gelombang protes oleh pendukung pro-demokrasi, dan ratusan orang tewas ketika pasukan keamanan berusaha memadamkan demonstrasi.

Beberapa penentang kekuasaan militer telah membentuk kelompok-kelompok bersenjata, di bawah panji Pasukan Pertahanan Rakyat, dan telah menjalin aliansi dengan beberapa kelompok etnis bersenjata Myanmar yang telah lama melihat tentara Myanmar sebagai musuh mereka.

Duwa Lashi La menyerukan pemberontakan melawan kekuasaan teroris militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing di setiap sudut negara, dikutip dari Reuters, 7 September 2021.

Advertising
Advertising

Penguasa junta militer Myanmar Min Aung Hlaing bulan lalu mengambil peran perdana menteri dalam pemerintahan sementara yang baru dibentuk dan berjanji untuk mengadakan pemilihan baru pada 2023.

Junta sendiri telah mencap NUG dan Pasukan Pertahanan Rakyat sebagai kelompok teroris.

"Administrator yang ditunjuk militer harus segera meninggalkan posisi Anda," kata Duwa Lashi La mengatakan dalam pidato 14 poinnya, di mana ia mendesak anggota pasukan keamanan untuk bergabung dengan mereka, menyerukan pasukan etnis di daerah perbatasan untuk menyerang militer.

Segera setelah kudeta militer pada Februari, gerakan pembangkangan sipil dibentuk dalam upaya untuk melemahkan kekuasaan junta militer.

Milisi yang dibentuk dengan tergesa-gesa juga telah terlibat dalam pertempuran rutin dengan tentara meskipun sering tampak beroperasi secara independen. Juga tidak jelas seberapa banyak koordinasi yang ada di antara pasukan etnis yang telah memerangi tentara selama beberapa dekade.

"Revolusi ini adalah revolusi yang adil dan diperlukan untuk membangun persatuan federal dengan perdamaian berkelanjutan," kata Duwa Lashi La dalam pidatonya, Myanmar Now melaporkan.

Dia menjelaskan bahwa dia berharap tetangga Myanmar, anggota ASEAN, dan PBB akan memahami bahwa tindakan mereka terhadap junta "berdasarkan kebutuhan".

Perdana Menteri NUG Mahn Win Khaing Than juga mengumumkan mulai Selasa semua departemen dan kantor sipil di bawah dewan militer, di mana banyak pekerja terus mogok menentang junta, akan ditutup tanpa batas waktu Myanmar Now melaporkan.

"Revolusi publik telah dimulai hari ini. Saya mendesak semua orang di negara ini untuk mengambil bagian sebanyak yang mereka bisa, untuk memberantas kediktatoran militer yang telah memerintah negara kita selama bertahun-tahun," kata Yee Mon, menteri pertahanan NUG.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah memimpin upaya diplomatik untuk mengakhiri kekerasan dan membuka dialog antara penguasa militer dan lawan mereka.

Utusan ASEAN untuk Myanmar, Erywan Yusof, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Kyodo, bahwa militer telah menerima usulannya untuk gencatan senjata hingga akhir tahun untuk memastikan distribusi bantuan kemanusiaan.

Seorang aktivis pro-demokrasi dan anggota NUG lainnya mengatakan junta tidak dapat dipercaya untuk menghormati kesepakatan semacam itu.

Seorang juru bicara junta Myanmar belum berkomentar tentang gencatan senjata yang dilaporkan atau pidato Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar.

Baca juga: Inggris Beri Sanksi untuk Perusahaan Myanmar, Aset-aset Dibekukan

REUTERS | MYANMAR NOW

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

6 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

10 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

11 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

11 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya