Cina Anggap Amerika dan Sekutunya Melakukan Pelanggaran HAM di Afghanistan

Selasa, 24 Agustus 2021 19:00 WIB

Pasukan elit Taliban Batalyon Badri 313 membawa senjata dan peralatan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat atau negara-negara sekutu, termasuk karabin M4 dan apa yang tampak seperti senjata optik tempur canggih Trijicon, atau ACOG. Twitter

TEMPO.CO, Jakarta - Utusan Cina untuk PBB, Chen Xu, mengatakan bahwa Amerika dan sekutu militernya harus bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di Afghanistan. Menurutnya, kekacauan itu tak akan terjadi misalkan Amerika tak melakukan operasi militernya di Afghanistan pasca peristiwa 9/11.

"Amerika, Inggris, Australia, dan negara-negara sekutunya harus bertanggung jawab atas pelanggaran HAM yang dilakukan oleh militernya di Afghanistan," ujar Chen Xu dalam sesi darurat di Dewan HAM PBB, dikutip dari Reuters, Selasa, 24 Agustus 2021.

Menurut Xu, pelanggaran yang dilakukan Amerika dan sekutunya adalah memaksakan model pemerintahannya pada negara yang memiliki kondisi geopolitik, sosio kultural, serta historis yang berbeda. Meski "pemaksaan" tersebut diklaim sebagai upaya demokrasi dan penegakan HAM, Xu menganggapnya sebagai langkah yang salah, sebuah intervensi.

Sebagaimana diketahui, Amerika memulai operasi militernya pada 2001 lalu, tak lama setelah insiden robohnya gedung WTC. Amerika menyebutnya sebagai War on Terror, untuk memburu jaringan Al Qaeda dan kelompok pemberontak Taliban.

Dalam waktu relatif singkat, Amerika berhasil menjatuhkan Taliban yang berkuasa di Afghanistan dari tahun 1996-2001. Selanjutnya, mereka bertahan di Afghanistan selama dua dekade dengan klaim untuk membentuk pemerintahan yang demokratis di sana sekaligus melatih tentara lokal untuk siap melawan kelompok pemberontak atau teroris.

Pasukan Taliban berpatroli dengan menggunakan senjata mesin RPK 74 di sebuah jalan di Herat, Afghanistan 14 Agustus 2021. RPK 74 merupakan senapan mesin yang menggunakan basis dari senapan Ak-47 REUTERS/Stringer

Tahun 2020, Amerika memutuskan untuk meninggalkan Afghanistan. Penarikan pasukan terwujud di tahun 2021. Namun, penarikan itu diikuti dengan serbuan balasan Taliban. Dalam hitungan bulan, Taliban mengambil alih Afghanistan yang menyatakan akan menghapus demokrasi.

Amerika tak ayal menjadi sasaran kritik atas peristiwa itu. Mereka dianggap gegabah, memanfaatkan warga Afghanistan untuk kepentingan pribadi, dan kemudian menelantarkannya ketika dibutuhkan. Presiden Amerika Joe Biden membantah tudingan itu, menyakini penarikan pasukan bisa dijustifikasi karena perang tak bisa berlarut-larut.

Sekarang, Amerika dan sekutu-sekutunya sibuk mengavakuasi warga negaranya dan warga lokal dari Afghanistan. Ribuan warga Afghanistan tak mau dipimpin oleh Taliban. Dikutip dari kantor berita Reuters, Militer Amerika sudah mengevakuasi kurang lebih 37 ribu orang sejak 14 Agustus lalu.

Baca juga: China Minta Warganya di Afghanistan Pakai Baju Muslim, Patuhi Aturan Taliban

ISTMAN MP | REUTERS


Berita terkait

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 jam lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

2 jam lalu

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

Mulai dari Indonesia hingga Afrika Selatan, berikut ini adalah negara yang mendukung Palestina melawan agresi Israel

Baca Selengkapnya

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

4 jam lalu

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut kopi asal Sumedang mendunia gegara ini. Apa itu?

Baca Selengkapnya

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

Mahkamah Pidana Internasional pernah mengerbitkan surat penangkapan sejumlah pimpinan negara. Belum ada dari Israel

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

2 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

2 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

2 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

2 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

2 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya