Uang Kian Langka di Afghanistan, Harga Pangan Meroket Pengangguran Naik

Reporter

Tempo.co

Senin, 23 Agustus 2021 18:08 WIB

Seorang pejuang Taliban berlari ke arah kerumunan di luar bandara Kabul dengan membawa RPG-7, di Kabul, Afghanistan, 16 Agustus 2021. RPG-7 adalah granat berpeluncur roket anti tank yang diluncurkan dari pundak yang banyak diproduksi. REUTERS TV/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Harga makanan mulai melonjak di Afghanistan sepekan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan dari pemerintah. Kian banyak penduduk di Kabul, ibu kota Afghanistan yang berjuang hidup untuk mendapatkan makanan. Sementara lapangan kerja hilang dan kantor-kantor bank tutup.

Ribuan orang berkerumun di luar pintu masuk bandara. Mereka berlomba untuk keluar dari Kabul sehingga menambah kekacauan di sana.

“Saya benar-benar tersesat, saya tidak tahu apa yang harus saya pikirkan, keselamatan dan kelangsungan hidup saya atau memberi makan anak-anak dan keluarga saya,” kata seorang mantan polisi dari tempat persembunyiannya. Ia kehilangan gaji US$ 260 atau sekitar Rp 3,7 juta per bulan. Dengan gaji itu ia menghidupi istri dan keempat anaknya.

Seperti banyak pegawai pemerintah kelas bawah, gajinya sering terlambat dibayarkan. Ia juga mengaku sudah dua bulan tak mendapat upah. "Saya tinggal di apartemen sewaan, saya belum membayar ke pemiliknya selama tiga bulan terakhir," katanya.

Selama seminggu, dia mencoba menjual beberapa cincin dan sepasang anting-anting milik istrinya. Namun seperti tempat bisnis lainnya pasar emas tutup. Tak ada pula orang yang mau membeli emas. "Saya sangat tidak berdaya dan tidak tahu harus berbuat apa."

Advertising
Advertising

Kondisi ekonomi di Afghanistan kian buruk ketika Taliban menyerbu ke Kabul pekan lalu. Nilai mata uang Afghanistan terhadap dolar Amerika terpuruk membuat harga makanan melambung tinggi.

Harga pangan bahan pokok seperti tepung, minyak dan beras naik 10 hingga 20 persen dalam beberapa hari. Sementara bank-bank masih tutup sehingga banyak orang tidak dapat mengakses tabungan mereka. Kantor Western Union juga tutup menyebabkan pengiriman uang dari luar negeri terhambat

“Semuanya karena situasi dolar. Ada beberapa toko makanan yang buka tapi pasarnya kosong,” kata seorang mantan pegawai pemerintah yang sekarang bersembunyi karena takut terhadap Taliban.

Selain bahan makanan, obat-obatan juga mulai langka karena penerbangan komersial ke Afghanistan ditangguhkan. Kelas menengah ke bawah yang selama 20 tahun terakhir menikmati peningkatan standar hidup ikut terpukul.

“Semuanya sudah selesai. Bukan hanya pemerintah yang jatuh, ribuan orang seperti saya yang hidupnya bergantung pada gaji bulanan,” kata seorang pegawai pemerintah yang tidak mau disebutkan namanya.

“Kami sudah terlilit utang karena pemerintah belum membayar gaji kami selama dua bulan terakhir,” katanya. “Ibu saya yang sudah lanjut usia sakit, dia membutuhkan obat-obatan. Anak-anak serta keluarga saya membutuhkan makanan. Tuhan tolong kami," katanya.

REUTERS

Berita terkait

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

3 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

6 hari lalu

Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

Afghanistan dilanda banjir parah yang menyapu desa-desa dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

7 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

13 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

15 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

15 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

18 hari lalu

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim sejumlah harga pangan telah berangsur normal. Yang mahal tinggal gula pasir.

Baca Selengkapnya

Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

24 hari lalu

Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

Ikappi menyayangkan kondisi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah sehingga membuat gagal panen dan memicu kenaikan harga bawang merah.

Baca Selengkapnya

Harga Bahan Pokok Pasca Lebaran Tak Berubah, Tapi Stok Terbatas

30 hari lalu

Harga Bahan Pokok Pasca Lebaran Tak Berubah, Tapi Stok Terbatas

Harga bahan pokok diklaim pedagang sembako Pasar Kramat Jati Jakarta Timur masih cenderung tetap. Namun stok sedikit karena belum ada pengiriman.

Baca Selengkapnya

Inflasi Maret 2024 0,52 Persen, Trio Telur-Ayam-Beras Penyumbang Terbesar

47 hari lalu

Inflasi Maret 2024 0,52 Persen, Trio Telur-Ayam-Beras Penyumbang Terbesar

BPS mengumumkan laju inflasi Maret 2024 sebesar 0,52 Persen secara bulanan. Terjadi kenaikan indeks harga konsumen menjadi 106,13 pada Maret 2024.

Baca Selengkapnya