Pasukan Taliban berpatroli dengan menggunakan senjata mesin RPK 74 di sebuah jalan di Herat, Afghanistan 14 Agustus 2021. RPK 74 merupakan senapan mesin yang menggunakan basis dari senapan Ak-47 REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Jakarta - Wartawan Tempo, QarisTajudin, nyaris meregang nyawa ketika meliput situasi di Afghanistan pasca-peristiwa 911 pada 2001 lalu. Gara-gara "iseng" mengucapkan salam, ia dicurigai sebagai mata-mata Amerika. Maklum, saat itu, situasi di Afghanistanlagi tegang-tegangnya dengan Taliban sudah terdesak oleh militer Amerika.
Senjata sudah ditodongkan kepadanya, seperti di film-film. Qaris mencoba "kabur" dari situasi tersebut dengan mencoba membacakan ayat-ayat Al-Quran, hasilnya nihil. Menurut mujahidin yang menodongkan senjata kepadanya, intel pun bisa membaca ayat-ayat Al-Quran. Masuk akal.
Untungnya, Qaris ditemani oleh seorang fixer berjaringan luas. Fixer Qaris, yang bertugas membuka jalan ke Afghanistan, berteman dengan panglima-panglima perang (warlord) Mujahidin. Mujahidin yang menodongkan senjata ke Qaris walhasil menjadi ciut, mengurungkan niatnya membunuh Qaris dan melepaskannya.
"Mereka anak buah warlord-warlord itu. Sebenarnya itu gaya komunikasi mereka hehehe... Karena mereka bersenjata dan saat itu banyak yg kurang berpendidikan, jadi agak susah menghadapi orang yang berbeda," ujar Qaris ketika menceritakan pengalamannya pekan lalu.