Berkenalan dengan Pasukan Khusus Afghanistan ANA Commando

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 21 Agustus 2021 16:00 WIB

Lencana Pasukan elite Afghanistan, ANA Commando. Pada 2017, ANA Commando memiliki 21.000 anggota dengan keterampilan khusus di bidang Kontra-terorisme, Pengintaian mortir, perawatan medis, dan komunikasi. US ARMY/ Sersan Teddy Wade

TEMPO.CO, Jakarta - Kekacauan yang sedang terjadi di Afghanistan menimbulkan pertanyaan, ke manakah militer negara itu? Kelompok radikal Taliban pada Minggu, 15 Agustus 2021, merebut Ibu Kota Kabul setelah sebelumnya merebut kota-kota besar lainnya di Afghanistan.

Usut punya usut, Afghanistan memiliki pasukan elit bernama Afghan National Army Commando Corps atau ANA Commando Corps. Pasukan ini dibentuk dari beberapa batalion yang ada di Angkatan Darat Afghanistan.

Anggota Pasukan Khusus Afghanistan, ANA Commando salat di jalan raya sebelum misi tempur melawan Taliban, di provinsi Kandahar, Afghanistan, 11 Juli 2021. Puluhan anggota komando elite itu dieksekusi secara brutal setelah kehabisan peluru saat melawan Taliban di Dawlat Abad, setelah AS dan pasukan NATO angkat kaki dari Afghanistan. REUTERS/Danish Siddiqui

Advertising
Advertising

ANA Commando Corps didirikan persisnya pada awal 2007, dimana pasukannya berasal dari batalion-batalion di Angkatan Darat Afghanistan. Pasukan yang terpilih masuk ANA Commando Corps, akan diberikan pelatihan khusus dan diberi perlengkapan khusus pula. Selanjutnya, mereka dilatih lagi di batalion Ranger Regimen di Amerika Serikat

Jumlah pasukan ANA Commando Corps sekitar 7 persen dari 300 ribu pasukan militer Afghanistan. Meski jumlahnya sedikit, pasukan ini memerangi sekitar 75 persen pertempuran melawan Taliban dan kelompok radikal lainnya di Afghanistan.

Operasi pertama dilakukan pasukan ANA Commando Corps adalah sebuah misi selama dua hari pada September 2007 di wilayah selatan Jalalabad, distrik Sherzad, provinsi Nangarhar. Di sana, mereka menyita senjata, lebih dari 80 kilogram opium dan menahan Shir Khan, sosok yang dikenal sebagai pembuat alat peledak.

Ketika saat ini Afganistan jatuh ke tangan Taliban, pertanyaan lainnya pun muncul bagaimana militer Afghanistan bisa hancur. Kehancuran ini pastinya bukan terjadi dalam tempo sepekan, namun berbulan-bulan lalu atau akumulasi dari kekalahan demi kekalahan, yang terjadi sebelum Presiden Joe Biden mengumumkan menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan per 11 September 2021.

Justine Fleischner, analis dari Conflict Armament Research yang berkantor pusat di Inggris mengatakan Amerika Serikat harus punya cara yang bagus dalam memantau peralatan tempur yang diberikan ke sekutu-sekutunya. Amerika Serikat harus berbuat lebih banyak untuk memastikan peralatan tempur tersebut digunakan oleh tentara Afganistan dan dipantau serta di inventaris dengan ketat.

Baca juga: Kilas Nasional: Evakuasi WNI dari Afghanistan dan Rekening Bansos Terblokir

Sumber: Reuters | nytimes.com | military.wikia.org

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

6 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

7 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

8 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

9 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

10 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

10 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

11 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

15 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya