Ini Faktor Kenapa Taliban Bisa Kuasai Afganistan Nyaris Tanpa Perlawanan

Reporter

Tempo.co

Rabu, 18 Agustus 2021 09:00 WIB

Seorang milisi Taliban yang memegang senapan serbu M16 berdiri di luar Kementerian Dalam Negeri di Kabul, Afganistan, 16 Agustus 2021.[REUTERS/Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Hanya butuh beberapa hari bagi Taliban untuk menguasai Afganistan, merebut wilayah yang belum mereka kendalikan, dan bahkan kadang-kadang menguasai ibu kota provinsi utama nyaris tanpa perlawanan.

Kemenangan mulus Taliban membuktikan pasukan pemerintah Afganistan yang dilatih pasukan asing tampak tidak berkutik.

Dikutip dari Reuters, 18 Agustus 2021, wawancara dengan para pemimpin Taliban, politisi Afganistan, diplomat dan pengamat lainnya, menunjukkan Taliban sudah meletakkan dasar untuk kemenangannya jauh sebelum peristiwa sekitar minggu lalu.

Bersiap untuk perjuangan yang lebih keras untuk mengambil kembali kendali atas negara yang mereka jalankan dari 1996-2001, selama berbulan-bulan para pemberontak mengatakan mereka membina hubungan dengan pejabat politik dan militer tingkat rendah serta para tetua suku.

Tindakan itu, dikombinasikan dengan penarikan pasukan asing yang diumumkan sebelumnya dari Afganistan sekitar 20 tahun setelah perang terpanjang Amerika dimulai, menghancurkan kepercayaan pada pemerintahan yang didukung Barat di Kabul dan mendorong orang untuk membelot.

Advertising
Advertising

"Taliban tidak ingin berperang," kata Asfandyar Mir, seorang analis keamanan Asia Selatan yang berafiliasi dengan Universitas Stanford, dikutip dari Reuters.

"Mereka malah ingin menyebabkan keruntuhan politik," katanya.

Kemajuan Taliban bahkan mengejutkan mereka. Pekan lalu, kota-kota jatuh seperti kartu domino, bahkan di utara negara di mana peranguh Taliban masih lemah, di mana puncaknya pada pendudukan ibu kota Kabul pada Ahad.

Seorang komandan Taliban di provinsi tengah Ghazni mengatakan bahwa begitu pasukan pemerintah dapat melihat Amerika Serikat akhirnya pergi, perlawanan runtuh. Hanya dalam seminggu, semua kota besar Afganistan, dari Kunduz di utara hingga Kandahar di selatan, telah jatuh.

"Itu tidak berarti para pemimpin Afganistan yang menyerah kepada kami telah berubah atau menjadi saleh, itu karena tidak ada lagi dolar," katanya, mengacu pada dukungan keuangan yang telah diterima pemerintah dan militer dari Barat selama hampir dua dekade.

"Mereka menyerah seperti kambing dan domba," ujarnya.

Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat melarikan diri ke luar negeri dan sebagian besar anggota pemerintahannya telah bersembunyi dan tidak dapat dihubungi. Menteri pertahanan Ashraf Ghani sendiri mengkritik pelariannya.

Sebuah laporan bulan Juli dari SIGAR, badan pengawas Kongres yang ditunjuk untuk memantau misi AS di Afganistan, mengatakan bahwa di beberapa daerah pasukan Afganistan melakukan beberapa tingkat perlawanan, sementara di tempat lain mereka menyerah atau melarikan diri.

Saat para milisinya mengambil alih istana kepresidenan, Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu arsitek utama kemenangan Taliban yang menjabat sebagai kepala kantor politik Taliban di Doha, mengatakan itu adalah kemenangan yang tak tertandingi tetapi yang datang secara tak terduga dengan cepat.

"Kami telah mencapai situasi yang tidak pernah diharapkan," katanya.

SITUASI YANG BERBEDA

Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin delegasi Taliban, berbicara selama pembicaraan antara pemerintah Afganistan dan gerilyawan Taliban di Doha, Qatar, 12 September 2020. [REUTERS/Ibraheem al Omari]

Suhail Shaheen, juru bicara Taliban yang berbasis di Doha, Qatar, mengatakan sejumlah besar distrik diamankan meskipun jenis kontak yang memiliki tradisi panjang di Afganistan, di mana mendorong saingan untuk beralih pihak telah menjadi taktik umum.

"(Kami sudah) berbicara langsung dengan aparat keamanan di sana, dan juga melalui mediasi para tetua adat dan ulama," katanya. "Ini dilakukan di seluruh Afganistan, bukan hanya di provinsi tertentu atau lokasi geografis tertentu."

Setelah diusir dari kekuasaan dalam invasi pimpinan AS tahun 2001, Taliban secara bertahap membangun diri kembali dengan dana penjualan opium dan penambangan ilegal, dan umumnya menghindari pertempuran skala besar selama kekuatan udara AS hadir untuk mendukung tentara Afganistan.

Sebaliknya, mereka lebih suka memilih pusat-pusat terpencil dan pos-pos pemeriksaan yang terisolasi dan menyebarkan ketakutan di kota-kota melalui bom bunuh diri.

Sementara itu, mereka menguasai banyak wilayah provinsi dengan bentuk pemerintahan bayangan dengan pengadilan dan sistem pajaknya sendiri.

Di wilayah utara dan barat, di mana pengaruh gerakan Taliban yang sebagian besar etnis Pashtun secara tradisional lebih lemah, gerakan itu bergerak untuk menopang dukungan lokal dan memenangkan dukungan dari orang Tajik, Uzbek, dan lainnya di ragam etnis Afganistan, kata penduduk dan pejabat di sana.

"Kami memiliki mujahidin dan pejuang di setiap daerah. Kami memiliki mujahidin Panjsiri di Provinsi Panjshir, mujahidin Balkhi di Provinsi Balkh, mujahidin Kandahari di Provinsi Kandahar," kata Waheedullah Hashimi, seorang komandan senior Taliban, kepada Reuters.

Sepanjang kemajuan, Mullah Baradar berhasil mempertahankan front persatuan antara pemimpin politik Taliban dan milisi di seluruh negeri, meskipun terkadang bersaing kepentingan atas berbagai masalah mulai dari pembicaraan damai hingga berbagi pendapatan dari penanaman opium.

"Kepala keamanan kami dan senior komisi lain, mereka semua dari etnis yang tinggal di sana," kata Shaheen. "Itulah sebabnya mereka dapat mengambil alih semua distrik provinsi itu melalui negosiasi dan pembicaraan."

"Ini bukan situasi yang sama seperti di masa lalu."

RUNTUHNYA KEPERCAYAAN TERHADAP ASHRAF GHANI

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

2 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

5 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

34 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

51 hari lalu

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

53 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

57 hari lalu

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

27 Februari 2024

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

Menlu Retno mendesak Dewan HAM PBB untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

8 Februari 2024

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

Abdul Qayoum Safi asal Afganistan lulus dari Magister Ilmu Komunikasi Unpad dengan IPK tertinggi 4,00.

Baca Selengkapnya