Jumlah Warga yang Diminta Isoman Kebanyakan, Inggris Ubah Aplikasi COVID-19

Selasa, 3 Agustus 2021 08:00 WIB

Orang-orang berjalan di stasiun Waterloo, di tengah pandemi penyakit coronavirus (COVID-19), London, Inggris, 19 Juli 2021. [REUTERS/Peter Nicholls]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Inggris dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) memperbarui aplikasi COVID-19-nya usai insiden "pingdemic" beberapa pekan lalu. Harapannya, dengan pembaharuan yang ada, jumlah warga yang harus isoman karena kontak dengan mereka yang positif COVID-19 bisa dikurangi.

Insiden "pingdemic" terjadi di hari Inggris melonggarkan aturan lockdownnya, 19 Juli 2021. Dalam insiden tersebut, warga-warga Inggris diperingatkan aplikasi COVID-19 untuk segera isoman terlepas mereka positif COVID-19 atau tidak. Namun, jumlah mereka yang diminta isoman terlalu banyak, mencapai ribuan.

Banyaknya warga yang diminta isoman oleh aplikasi COVID-19 menyebabkan operasional berbagai usaha terganggu. Rantai pasokan juga terdampak, menyebabkan berbagai supermarket tidak mendapatkan supplai bahan makanan yang dibutuhkan. Beberapa bahkan kekurangan karyawan.

"Kami ingin mengurangi disrupsi yang timbul akibat peringatan isoman sembari tetap memastikan aplikasi melindungi warga dari ancaman COVID-19," ujar Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 2 Agustus 2021.

Rak kosong telah terlihat dalam beberapa hari terakhir karena banyak pekerja terpaksa mengasingkan diri setelah di-ping oleh aplikasi NHS Inggris.[Sky News]

Pemerintah Inggris melanjutkan bahwa mereka meminta warga untuk tidak menghapus aplikasi terkait dari gawai masing-masing. Sebab, sesensitif apapun aplikasi buatan NHS itu, peringatan darinya tetap diperlukan sebagai bentuk kewaspadaan.

Mengacu pada laporan Reuters, sensitifitas aplikasi COVID-19 disebabkan oleh panjangnya periode waktu yang menjadi acuan pelacakan. Sebelum pembaharuan, aplikasi akan mencari orang yang melakukan kontak dengan penderita COVID-19 lima hari sebelum tes. Pada update terbaru, waktunya dikurangi menjadi dua hari saja.

"Pembaharuan ini diyakini akan mengurangi jumlah notifikasi yang dikirimkan oleh aplikasi. Namun, tidak akan mengurangi sensitivitasnya. Bisa saja dia menangkap jumlah yang sama besarnya (sebelum pembaharuan)," ujar keterangan pers Pemerintah Inggris.

Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 5,9 juta kasus dan 129 ribu kematian akibat COVID-19. Kasus harian perlahan mulai menurun dari puncaknya, 54 ribu kasus per hari, pada awal Juli kemarin menjadi 24 ribu per hari pada awal Agustus.

Baca juga: Inggris Hadapi Kekurangan Makanan Karena Pingdemi, Bukan Pandemi COVID-19

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

3 jam lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

2 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

3 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

7 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

8 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

8 hari lalu

112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

Pada 15 April 1912, RMS Titanic karam di Atlantik Utara menabrak gunung es saat pelayaran dari Southampton di Inggris ke New York City

Baca Selengkapnya