PM Tunisia Tak Akan Melawan Pemecatan Dirinya oleh Presiden Kais Saied

Selasa, 27 Juli 2021 12:05 WIB

Perdana Menteri Tunisia Hichem Mechichi muncul dalam konferensi pers di Tunis, Tunisia, pada 3 Juni 2021. [REUTERS/Zoubeir Souissi/File Foto]

TEMPO.CO, Jakarta - PM Tunisia Hichem Mechichi menyatakan tak akan melawan pemecatan dirinya oleh Presiden Kais Saeid. Walaupun pemecatan itu dianggap berbagai pihak inkonstitusional, Mechichi menyatakan dirinya tidak ingin menambah-nambahkan masalah yang dihadapi Tunisia. Oleh karenanya, dia akan menyerahkan tugasnya kepada siapapun pilihan Saied.

"Untuk menjaga keselamatan para warga Tunisia, saya menegaskan bahwa saya berada di pihak mereka dan saya tidak akan mengambil posisi apapun di pemerintahan," ujar Hichem Mechichi menegaskan dalam keterangan persnya, Selasa, 27 Juli 2021.

Mechichi menambahkan bahwa dirinya tetap akan melayani warga Tunisia terlepas dirinya tak lagi di pemerintahan. Menurutnya, dirinya tetap bisa berkontribusi ke Tunisia dari posisi apapun.

Sejauh ini, Saied tidak berkomentar apapun soal pernyataan Mechichi. Walau begitu, ia merespon anggapan bahwa manuver politik yang ia lakukan setara dengan kudeta. "Bagi mereka yang menganggap langkah saya sebagai kudeta, sebaiknya pelajari lagi konstitusi Tunisia," ujar Saied.

Pernyataan Saied mengacu pada Pasal 80 Konstitusi Tunisia yang disahkan pada 2014 usai revolusi. Pasal 80 menyatakan bahwa Presiden Tunisia boleh mengambil langkah darurat untuk menyelamatkan keamanan dan kedaulatan negara. Pasal tersebut yang digunakan Saied dalam "kudetanya".

Saied berdalih pemerintahan ia bubarkan untuk membersihkannya dari korupsi yang menurutnya problem laten di Tunisia. Walau begitu, Saied tidak menyebutkan apakah dirinya berkonsultasi dengan Parlemen terlebih dulu sebelum mengambil keputusan tersebut. Berkonsultasi dengan parlemen diatur di pasal 80 Konstitusi Tunisia juga.

Konstitusi Tunisia sendiri sesungguhnya dilanda sengketa. Presiden Kais Saied dan PM Hichem Mechichi berbeda pandangan soal wewenang masing-masing. Masing-masing menyakini wewenangnya lebih luas dan berkali-kali mencoba menunjukkan hal tersebut.

Salah satunya terjadi pekan pekan lalu. Saied memerintahkan Militer Tunisia untuk mengambil alih pengendalian pandemi COVID-19 yang seharusnya menjadi wewenang PM. Sebagai Presiden, Saied hanya memeiliki wewenang atas kebijakan luar negeri dan militer.

Baca juga: Sekarang Dikudeta Presidennya Sendiri, Ini Kronologis Krisis di Tunisia

AL JAZEERA | REUTERS | ISTMAN MP

Berita terkait

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

11 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

14 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Mahkamah Konstitusi Uganda Pertahankan Undang-Undang Anti-LGBTQ

28 hari lalu

Mahkamah Konstitusi Uganda Pertahankan Undang-Undang Anti-LGBTQ

Mahkamah Konstitusi Uganda hanya merubah beberapa bagian dalam undang-undang anti-LGBTQ.

Baca Selengkapnya

Siapa Refly Harun yang Minta MK Menjadi Penjaga Konstitusi?

30 hari lalu

Siapa Refly Harun yang Minta MK Menjadi Penjaga Konstitusi?

Kuasa Hukum Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Refly Harun meminta Mahkamah Konstitusi (MK) kembali menjadi penjaga konstitusi.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

37 hari lalu

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?

Baca Selengkapnya

Prancis Resmi Jamin Hak Aborsi dalam Konstitusi

58 hari lalu

Prancis Resmi Jamin Hak Aborsi dalam Konstitusi

Prancis resmi mengabadikan hak untuk aborsi dalam konstitusinya, setelah dua majelis parlemen menyetujui amandemen.

Baca Selengkapnya

Puluhan Ribu Warga Brasil Unjuk Rasa, Dukung Eks Presiden yang Diduga Ingin Kudeta

26 Februari 2024

Puluhan Ribu Warga Brasil Unjuk Rasa, Dukung Eks Presiden yang Diduga Ingin Kudeta

Puluhan ribu warga Brasil berunjuk rasa di Sao Paulo untuk mendukung Jair Bolsonaro, mantan presiden yang diduga merencanakan kudeta setelah kalah pemilu pada 2022.

Baca Selengkapnya

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dijadwalkan Bebas Hari Ini

18 Februari 2024

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dijadwalkan Bebas Hari Ini

Meskipun diberikan pembebasan bersyarat, eks PM Thailand Thaksin Shinawatra bisa menghadapi masalah hukum atas tuduhan menghina monarki pada 2015.

Baca Selengkapnya

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono kepada Pelajar Indonesia di Tunisia: Nikmati Belajar

8 Februari 2024

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono kepada Pelajar Indonesia di Tunisia: Nikmati Belajar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan tidak cukup hanya pintar, tetapi juga harus benar.

Baca Selengkapnya

Sivitas Akademika Ramai-ramai "Jewer" Jokowi, Bantah Tudingan Ditunggangi Kepentingan Politik

4 Februari 2024

Sivitas Akademika Ramai-ramai "Jewer" Jokowi, Bantah Tudingan Ditunggangi Kepentingan Politik

Sivitas akademika dari berbagai kampus kritik pemerintah. Membantah ditunggangi politisi.

Baca Selengkapnya