TEMPO.CO, Jakarta - Krisis di Tunisia sepertinya belum akan mereda dalam waktu dekat. Presiden Kais Saed mengambil langkah kontroversial dengan membekukan parlemen dan memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi pada Ahad kemarin, 25 Juli 2021. Oleh mantan Presiden Tunisia Moncef Marzouki, langkah Saied disebut berpotensi memperburuk situasi.
"Saya meminta warga Tunisia untuk perhatikan betul apakah langkah ini awal dari solusi (atas krisis Tunisia) atau tidak. Apa yang terjadi justru awal dari situasi yang lebih buruk," ujar Marzouki menegaskan, dikutip dari kantor berita Reuters.
Tunisia sudah lama dalam kondisi krisis. Bertahun-tahun mereka diwarnai pemerintahan yang pincang, korupsi, ambruknya ekonomi, dan juga terus menanjaknya angka pengangguran. Pandemi COVID-19, yang menghajar dunia pada 2020, memperburuk situasi tersebut.
Krisis itu diperburuk sengketa konstitusi yang dipicu konflik antara Presiden Kais Saied dan PM Hichem Mechichi. Keduanya punya pandangan berbeda soal wewenang masing-masing. Problemnya, sejak Revolusi Tunisia 2014, negeri timur tengah itu belum memiliki Mahkhamah Konstitusinya sendiri.
Berikut kronologis krisis panjang di Tunisia, dikutip dari Reuters: