WHO Ingatkan Munculnya Varian Baru Covid-19: Lebih Berbahaya dan Menyebar

Reporter

Terjemahan

Jumat, 16 Juli 2021 11:33 WIB

Pekerja menyemprot tanah dengan disinfektan di pasar Baishazhou selama kunjungan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang ditugaskan untuk menyelidiki asal-usul virus corona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 31 Januari 2021. [REUTERS/Thomas Peter]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengingatkan munculnya varian baru Covid-19 yang lebih berbahaya akan menyebar ke seluruh dunia. Penyebaran varian baru ini dikhawatirkan akan mempersulit penghentian pandemi.

Pengumuman itu merupakan berita buruk di saat beberapa negara sedang memerangi gelombang infeksi baru virus covid-19 varian Delta. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India.

"Pandemi belum selesai," kata Komite Darurat WHO dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, 15 Juli 2021, setelah pertemuan sehari sebelumnya.

Ketua Komite Darurat WHO Didier Houssin mengakui kepada wartawan bahwa tren baru-baru ini mengkhawatirkan. "Kita masih mengejar virus ini dan virus masih mengejar kita," ujar Houssin.

Padahal satu setengah tahun telah berlalu sejak WHO pertama kali mendeklarasikan apa yang disebut Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC).

Empat varian Covid-19 yang mendominasi pandemi global saat ini yaitu Alpha, Beta, Gamma dan varian Delta yang menyebar dengan cepat. Selain empat varian tersebut, WHO memperingatkan bahwa yang lebih buruk bisa terjadi di masa mendatang.

"Kemungkinan kuat munculnya dan penyebaran global varian baru yang mungkin lebih berbahaya dan lebih menantang untuk dikendalikan," ujar Houssin.

Advertising
Advertising

WHO menyatakan varian yang harus mendapat perhatian lebih ketika lebih menular, lebih mematikan dan tak mempan terhadap vaksin.

Pandemi, kata Houssin, menjadi tantangan secara global terutama dengan negara-negara yang tuntutan kesehatan, ekonomi dan sosial berbeda.

"Negara-negara dengan akses vaksin dan sistem kesehatan yang baik, berada di bawah tekanan untuk membuka kembali masyarakat sepenuhnya," katanya.

Di sisi lain negara-negara dengan akses vaksin Covid-19 yang terbatas mengalami gelombang infeksi baru. Kepercayaan masyarakat juga turun serta meningkatnya kesulitan ekonomi. "Dalam beberapa kasus meningkatkan kerusuhan sosial," ujarnya.

Para ahli mengingatkan penggunaan masker, menjaga jarak fisik, kebersihan tangan, dan meningkatkan ventilasi ruang dalam ruangan tetap menjadi kunci untuk mengurangi penularan.

Baca: Kepala WHO Minta Cina Transparan Soal Penyelidikan Asal-usul Virus Corona

THE STRAIT TIMES

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

4 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

11 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

21 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

1 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

1 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya