Jerman Ragu Ikuti Jejak Inggris Longgarkan Pembatasan Sosial COVID-19

Selasa, 13 Juli 2021 19:20 WIB

Seorang pria yang membawa minuman mencari tempat duduknya di sebuah bioskop luar ruangan di Berlin, ibu kota Jerman, 29 Mei 2021. Baru-baru ini, sebuah bioskop luar ruangan dibuka di Berlin, Jerman, untuk menyambut musim panas seiring mulai meredanya penyebaran COVID-19 di kota tersebut. Xinhua/Stefan Zeitz

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jerman masih ragu untuk mengikuti langkah tetangganya, Inggris, melonggarkan pembatasan sosial COVID-19. Dikutip dari kantor berita Reuters, Jerman memutuskan untuk mempertahankan pembatasan sosialnya hingga waktu yang belum ditentukan. Adapun indikator yang akan dipakai untuk memutuskan pelonggaran adalah seberapa banyak warga yang sudah divaksin.

Diberitakan sebelumnya, Inggris akan melonggarkan lockdownnya pada 19 Juli nanti. Pelonggaran lockdown tersebut termasuk melonggarkan kewajiban memakai masker yang selama ini diterapkan kepada warga-warganya. Walau begitu, banyak pihak menganggap Inggris berjudi dengan keputusan pelonggaran tersebut karena varian Delta masih mengancam.

"Rencana Inggris melonggarkan berbagai pembatasan meski varian Delta COVID-19 menyebar adalah eksperimen beresiko tinggi. Kami memutuskan untuk mengambil langkah berdasarkan pertimbangan keamanan, " ujar Menteri Perekonomian Jerman, Perter Altmaier, Selasa, 13 Juli 2021.

Per berita ini ditulis, Jerman mencatatkan 646 kasus COVID-19 baru dibandingkan pekan sebelumnya, 440 kasus. Perbandingan jumlah kasus per 100 ribu orang pun naik dari yang sebelumnya 4,9 menjadi 6,4. Secara total, Jerman memiliki 3,7 juta kasus dan 91.774 kematian akibat COVID-19.

Orang-orang mengenakan masker saat membawa tas belanja setelah berbelanja Natal di jalan perbelanjaan utama Cologne yang ramai, Hohe Strasse (High Street), selama penyebaran pandemi virus corona (COVID-19) di Cologne, Jerman, 12 Desember 2020. [REUTERS / Wolfgang Rattay]


Kepala Dewan Etik Jerman, Alena Buyx, mendukung langkah pemerintah tidak melonggarkan pembatasan sosialnya. Menurutnya, pembatasan sosial jang dilonggarkan selama belum ada separuh populasi Jerman yang tervaksinasi penuh. Sejauh ini, baru 43 persen penduduk Jerman yang sudah tervaksinasi penuh.

Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder juga sepakat dengan langkah pemerintah federal. Ia pun mulai menggenjot vaksinasi COVID-19 di sana untuk memastikan makin banyak warga yang tervaksinasi penuh. Hal itu mulai dari menawarkan vaksinasi COVID-19 untuk kelompok usia 12-30 tahun serta vaksinasi secara drive-in.

"Tidak ada yang bisa menyelamatkan Jerman selain vaksinasi COVID-19," ujarnya.

Lengkah Jerman kemungkinan bakal diikuti Belanda. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf pada Senin kemarin karena terlalu cepat melonggarkan pembatasan osisal COVID-19. Akibatnya, angka infeksi di sana meningkat ke level tertingginya tahun ini.

Sementara itu, di Inggris, administrasi PM Boris Johnson bertahan dengan keputusannya melonggarkan lockdown pada 19 Juli nanti. Walau begitu, kekhawatiran mulai timbul seiring dengan masih adanya ancaman varian Delta. Diprediksi bakal ada 100 ribu kasus COVID-19 per hari selama Musim Panas jika warga tidak hati-hati.

Baca juga: Covid-19, Jerman Berencana Buat Kebijakan untuk Pelancong dari Spanyol

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

3 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

10 jam lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

14 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

2 hari lalu

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Jerman menyatakan akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA, menyusul negara-negara lain yang sempat menangguhkan pendanaan.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

2 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

3 hari lalu

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

Menyusul beberapa negara yang telah menghentikan penangguhan dana UNRWA, Jerman melanjutkan kerja sama dengan badan pengungsi Palestina itu.Menyusul b

Baca Selengkapnya

Deretan 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Surga Pecinta Buku

3 hari lalu

Deretan 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Surga Pecinta Buku

Banyak perpustakaan konvensional unik di setiap negara yang menjadi tempat impian bagi para pecinta buku.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

4 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya