Pakar: Pemerintah Inggris Bersikap Seolah-olah Bahaya COVID-19 Sudah Hilang

Selasa, 6 Juli 2021 11:30 WIB

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual, setelah memimpin pertemuan COBRA, yang diadakan sebagai tanggapan atas peningkatan pembatasan perjalanan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di 10 Downing Street, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [Tolga Akmen / Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Langkah Pemerintah Inggris mencabut lockdown dan segala kewajiban pembatasan sosial pada 19 Juli nanti dianggap mengabaikan segala peringatan. Beberapa pakar berkata, data yang ada menunjukkan kasus COVID-19 akan terus naik dalam beberapa waktu ke depan.

Salah satu kritik atang dari Sir Patrick Vallance, Kepala Penasihat Saintifik Pemerintah Inggris. Ia berkata, meski keterkaitan antara kasus dengan kematian ataupun kepadatan rumah sakit melemah, hal itu tak menandakan pandemi akan usai dalam waktu dekat. Oleh karenanya, Inggris perlu bersiap menghadapi kenaikan kasus.

"Kita sidah menghadapi kenaikan epidemi saat ini. Oleh karenanya, kita perlu bertindak sebaik mungkin untuk menekan penyebaran virus COVID-19," ujar Vallance, dikutip dari Sky News, Selasa, 6 Juli 2021.

Vallance melanjutkan, kebijakan yang diambil PM Inggris Boris Johnson sejauh ini tidak menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap potensi kenaikan kasus COVID-19. Hilangnya kewajiban formal untuk kontak sosial, mulai dari acara berkumpul hingga pemakaian masker, dianggap malah akan membantu kenaikan kasus COVID-19.

Orang-orang, beberapa mengenakan masker, berjalan di atas Jembatan Westminster, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di London, Inggris, 4 Juli 2021.[REUTERS/Henry Nicholls]

Kritik senada datang dari penasihat psikologis tingkah laku Pemerintah Inggris, Stephen Reicher. Ia berkata, pencabutan lockdown oleh PM Boris Johnson malah akan membuat masyarakat berpikir tak ada bahaya lagi di sekitar mereka. Padahal, realitanya, ancaman COVID-19 masih ada dan nyata.

"Jika kita ingin situasi tetap aman, kita membutuhkan pesan yang jelas (kepada masyarakat). Untuk saat ini, saya merasa pesan yang ada malah menunjukkan seolah-olah tidak ada masalah sama sekali."

"Faktanya, pelonggaran segala batasan memberikan pesan yang sangat jelas bahwa tidak ada masalah sama sekali di Inggris. Hal itu akan berdampak pada perilaku masyarakat secara signifikan," ujar Reicher menegaskan.

Boris Johnson, sejauh ini, bersikeras bahwa lockdown tetap perlu dicabut dan Inggris sudah siap untuk hidup bersama virus COVID-19. Kebijakan normal baru pun sudah disiapkan, katanya.

Tiga mahasiswi Sophie Langford, Emily Campbell, dan Tamzida Mulai berjalan ke pusat vaksinasi massal di Liverpool Pier Head yang menawarkan vaksin Covid-19 langsung di tempat di Liverpool, Inggris, 23 Juni 2021. [REUTERS/Jason Cairnduff]

"Kita harus jujur pada diri sendiri. Jika kita tidak mencabut lockdown beberapa pekan ke depan, di mana kita akan terbantu oleh musim panas dan liburan sekolah, lalu kapan kita akan kembali ke normalitas?" ujar Johnson menegaskan.

Johnson mengakui bahwa ia menerima masukan dan peringatan untuk menunda pencabutan lockdown COVID-19. Namun, ia memilih untuk bertaruh dengan pencabutan yang penuh kehati-hatian dan tidak bisa dibatalkan.

"Untuk mereka yang mengatakan kita harus menunda pencabutan lockdown; pilihannya adalah mencabutnya saat musim dingin di mana malah memberi keuntungan pada virus," ujar Johnson.

Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 4,9 juta kasus dan 128 ribu korban meninggal akibat COVID-19. Beberapa pekan terakhir, pertumbuhan kasus COVID-19 di Inggris menunjukkan tren meningkat. Dari yang awalnya di bawah lima ribu per hari di bulan Mei, sekarang naik menjadi di atas 20 ribu kasus per hari. Varian Delta dianggap sebagai dalang dari tren peningkatan itu.

Meski tren kasus meningkat, hal serupa tidak terjadi untuk tren rumah sakit dan kematian. Dibanding gelombang kedua pandemi COVID-19 Inggris pada September lalu, tren kepadatan rumah sakit dan kematian relatif rendah.

Baca juga: Inggris Umumkan Rencana New Normal, Bersiap Cabut Lockdown pada 19 Juli

ISTMAN MP | SKY NEWS | REUTERS

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

7 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

19 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

1 hari lalu

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja di London, bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris The Rt. Hon. Greg Hands MP

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

1 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

1 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

1 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

2 hari lalu

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

2 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

3 hari lalu

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.

Baca Selengkapnya