Pembebasan Tahanan Politik Dianggap Akal-akalan Myanmar

Kamis, 1 Juli 2021 10:00 WIB

Mahasiswa, guru, dan insinyur dari Universitas Teknologi Dawei menggelar protes terhadap kudeta militer, di Dawei, Myanmar 3 April 2021. Dawei Watch/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pembebasan 2000 lebih tahanan politik oleh junta Myanmar tidak sepenuhnya ditanggapi positif. Beberapa organisasi HAM dan lembaga hukum menanggapi skeptis hal tersebut, memandangnya sebagai akal-akalan Myanmar saja ntuk memberi kesan ketegangan berakhir.

Salah satu organisasi yang memandang skeptis pembebasan tahanan politik adalah Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAPP). Organisasi yang berbasis di Thailand itu mengatakan, Myanmar ingin memberi kesan positif agar tekanan dari negara-negara tetangga berkurang.

"Pembebasan itu hanyalah upaya mereka untuk memberi kesan bahwa opresif oleh junta sudah mengendur. Realitanya tidak seperti itu," ujar AAPP, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 1 Juli 2021.

AAPP melanjutkan bahwa 2 ribu tahanan yang dibebaskan juga belum mencakup seluruh tahanan politik yang ada. Menurut data mereka, junta Myanmar sudah menahan kurang lebih 5200 orang sejak kudeta pada 1 Februari lalu. Para tahanan politik itu terdiri atas politis, aktivis, mahasiswa, selebritas, hingga pengunjuk rasa.

Selain AAPP, pandangan skeptis lainnya datang dari Organisasi Hak Asasi Manusia Chin yang berbasis di negara bagian Chin, Myanmar. Mereka berkata, pembebasan yang dilakukan junta Myanmar tidak seberapa berarti karena penyerangan masih berlangsung di beberapa daerah, termasuk Chin.

Petugas kepolisian Myanmar melihat demonstran yang terluka saat bentrokan dengan polisi ketika aksi menentang kudeta militer di Tamwe, Yangon, Myanmar, 14 Maret 2021. Militer Myanmar juga sudah menangkap lebih dari 2000 orang sepanjang kudeta. REUTERS


"Kita akan terus menghadapi problem (penangkapan secara sepihak) hingga junta Myanmar menghentikan aksinya. Warga tidak akan merasa aman di rumah mereka," ujar anggota Organisasi Hak Asasi Manusia Chin, Salai Za Uk Ling.

Media tidak ketinggalan memberikan pandangan serupa. Kantor berita Myanmar Now berkata, pembebasan yang berlangsung tidak menghapus wakta bahwa junta Myanmar sudah melakukan penangkapan secara sewenang-wenang dan tak didukung bukti kuat.

"Reporter kami, Kay Zon Nway, ditahan tanpa alasan yang jelas. Ia sangat menderita di dalam penjara. Namun, hari ini, saya senang melihatnya bebas dan dalam kondisi jiwa yang lebih baik," ujar Swe Win, Pemimpin Redaksi Myanmar Now. Menurut laporan Reuters, Zon Nway ditahan selama 124 hari.

Juru bicara Militer Myanmar, Zaw Min Tun, belum memberikan tanggapan soal tuduhan-tuduhan yang ada. Walau begitu, ia menyatakan bahwa mereka yang dibebaskan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan unjuk rasa namun tak mengkoordinirnya.

"Total ada 2.296 orang yang kami bebaskan. Mereka terlibat dalam unjuk rasa (menentang pemerintah) namun tidak dalam kapasitas memimpinnya. Mereka juga tidak terlibat dalam aksi kekerasan," ujar Zaw Min Tun.

Baca juga: Aung San Suu Kyi Peringatkan Warga Myanmar Hati-hati Dengan COVID-19

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Junta Myanmar Umumkan Sensus Nasional sebagai Jalan Menuju Pemilu

5 hari lalu

Junta Myanmar Umumkan Sensus Nasional sebagai Jalan Menuju Pemilu

Sensus nasional ini bagian dari pemilu yang dijanjikan junta Myanmar dilakukan pada tahun depan.

Baca Selengkapnya

Korban TPPO yang Disekap di Myanmar Sebut Ada Sandera Negara Lain yang Sudah Dibebaskan

10 hari lalu

Korban TPPO yang Disekap di Myanmar Sebut Ada Sandera Negara Lain yang Sudah Dibebaskan

Dalam rekaman tersebut Hendri mengklaim ada sandera lain di Myanmar yang telah dijemput oleh perwakilan dari negaranya masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kemenlu akan Berkoordinasi dengan KBRI Myanmar dan Bangkok untuk Mengembalikan 11 Korban Online Scam ke Indonesia

12 hari lalu

Kemenlu akan Berkoordinasi dengan KBRI Myanmar dan Bangkok untuk Mengembalikan 11 Korban Online Scam ke Indonesia

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha mengatakan akan menindaklanjuti laporan dari Serikat Buruh Migran Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kemenlu Sebut TPPO dengan Modus Kerja di Luar Negeri Sasar Gen Z

12 hari lalu

Kemenlu Sebut TPPO dengan Modus Kerja di Luar Negeri Sasar Gen Z

Kemenlu menyatakan pelaku TPPO dengan modus kerja di luar negeri sasar Gen Z.

Baca Selengkapnya

11 Korban Online Scam Dijanjikan Kerja di Thailand dengan Gaji Rp 15 Juta hingga Rp 20 Juta, Ujungnya Jadi Scammer di Myanmar

12 hari lalu

11 Korban Online Scam Dijanjikan Kerja di Thailand dengan Gaji Rp 15 Juta hingga Rp 20 Juta, Ujungnya Jadi Scammer di Myanmar

Sebanyak 11 korban online scam berasal dari Indonesia dijanjikan uang sebesar Rp 15-20 juta untuk menjadi pekerja di Bangkok, Thailand.

Baca Selengkapnya

Keluarga Minta Kemenlu Selamatkan 11 Korban Online Scam di Myawaddy Myanmar

12 hari lalu

Keluarga Minta Kemenlu Selamatkan 11 Korban Online Scam di Myawaddy Myanmar

Keluarga korban penipuan berbasis daring atau online scam melaporkan kasus penipuan kepada Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Phuket Thailand Tewaskan 13 Orang, Termasuk 2 Warga Rusia

12 hari lalu

Tanah Longsor di Phuket Thailand Tewaskan 13 Orang, Termasuk 2 Warga Rusia

Selain warga Rusia, sembilan korban tewas akibat tanah longsor adalah pekerja migran asal Myanmar dan dua lainnya warga Thailand

Baca Selengkapnya

Kamboja Tertarik Beli Helikopter dan Senjata Ringan dari Indonesia

16 hari lalu

Kamboja Tertarik Beli Helikopter dan Senjata Ringan dari Indonesia

Indonesia dan Kamboja memperingati 65 tahun hubungan diplomatik dengan membahas lima topik kerja sama.

Baca Selengkapnya

Pekerja Migran yang Disekap di Myanmar Sempat Dijanjikan akan Bebas

17 hari lalu

Pekerja Migran yang Disekap di Myanmar Sempat Dijanjikan akan Bebas

Pihak yang menyandera Suhendri di Myanmar masih gelap identitasnya, hanya diketahui berseragam militer dan bersenjata api.

Baca Selengkapnya

Nur Ungkap Derita Suami yang Jadi Korban TPPO di Hpalu Myanmar, Dimintai Tebusan Rp 80 Juta

17 hari lalu

Nur Ungkap Derita Suami yang Jadi Korban TPPO di Hpalu Myanmar, Dimintai Tebusan Rp 80 Juta

Nur, seorang warga Bekasi, mengungkapkan penderitaan suaminya, Pepen (54 tahun), yang menjadi korban TPPO di Myanmar.

Baca Selengkapnya