Uni Eropa Beri Sanksi Baru ke Pejabat dan Perusahaan Myanmar

Selasa, 22 Juni 2021 12:00 WIB

Pemimpin kudeta militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing menyapa Wakil Menteri Pertahanan Rusia Kolonel Jenderal Alexander Vasilyevich Fomin dan anggota delegasi selama resepsi Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw pada Sabtu, 27 Maret 2021.[Situs website Min Aung Hlaing]

TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan ke Myanmar bertambah usai PBB menggolkan resolusi embargo perdagangan senjata ke negeri seribu pagoda itu. Dikutip dari kantor berita Reuters, Uni Eropa memberikan sanksi baru ke Myanmar yang menyasar pejabat junta, perusahaan milik negara, serta organisasi afiliasi mereka.

Total, ada dua belas subjek yang terkena sanksi Eropa. Mereka terdiri atas delapan pejabat pemerintahan, tiga perusahaan memilik negara, serta satu organisasi. Pemerintah Uni Eropa menyatakan, organisasi yang dikenai sanksi adalah Organisasi Veteran Perang Myanmar. Sementara itu, untuk perusahaan, adalah mereka yang bergerak di sektor pertambangan dan kehutanan.

"Dengan menyasar sektor pertambangan dan kehutanan, sanksi ini bertujuan untuk membatasi kemampuan junta militer untuk mendapat profit dari sumber daya alam Myanmar di saat ada banyak warga menderita," ujar Uni Eropa dalam keterangan persnya, Selasa, 22 Juni 2021.

Sebagaimana diketahui, sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa berkaitan dengan krisis yang terjadi di Myanmar. Pada 1 Februari lalu, Militer Myanmar yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan karena tak setuju dengan hasil pemilu. Langkah itu dimulai dengan penculikan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]


Sejak kudeta tersebut, Militer Myanmar jadi aktif menyerang warga yang melakukan perlawanan. Ratusan warga terbunuh dalam serangan tersebut dan ribuan menjadi tahanan politik. Total, sudah ada 860 orang yang tewas akibat serangan Militer Myanmar. Hal itu lah yang memicu sanksi dari berbagai pihak, salah satunya Uni Eropa.

Per berita ini ditulis, Uni Eropa sudah memberikan sanksi terhadap puluhan individu dan beberapa entitas. Untuk individu ada 43 orang sementara entitas ada enam perusahaan. Bentuk sanksinya beragam mulai dari larangan berkunjung ke Eropa, larangan berbisnis dengan entitas Eropa, hingga pembekuan aset di Eropa.

Sejauh ini, sanksi-sanksi dari Uni Eropa belum memberikan dampak. Junta Myanmar pun beberapa kali mengatakan mereka memiliki sumber daya lain untuk bertahan. Walau begitu, mereka belum memberikan komentar atas sanksi terbaru.

Di saat bersamaan, Pemerintah Rusia mengumumkan bahwa pihaknya sepakat dan berkomitmen untuk memperkuat kerjasama dengan Myanmar. Hal itu dinyatakan dalam kunjungan Min Aung Hlaing ke Konferensi Keamanan Internasional di Moskow.

Baca juga: Myanmar dan Rusia Sepakat Perkuat Kerja Sama Keamanan

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

2 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

3 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

3 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

4 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

5 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

5 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

8 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

9 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya