PM Baru Israel: Hindari Negosiasi Perjanjian Nuklir Dengan Ebrahim Raisi

Minggu, 20 Juni 2021 17:30 WIB

Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett berbicara dalam resepsi yang diselenggarakan oleh Persatuan Ortodoks di Yerusalem menjelang pembukaan kedutaan AS yang baru di Yerusalem, 14 Mei 2018. [REUTERS / Ammar Awad]

TEMPO.CO, Jakarta - PM baru Israel, Naftali Bennett, was-was dengan terpilihnya hakim garis keras Ebrahim Raisi sebagai Presiden baru Iran. Menurutnya, latar belakang Raisi serta kedekatannya dengan rezim garis keras Iran bisa berdampak buruk terhadap kelanjutan negosiasi perjanjian nuklir ke depannya.

"Kepemimpinan Raisi akan menjadi rezim eksekutor yang brutal. Saya menganjurkan negara-negara untuk tidak melakukan negosiasi nuklir dengannya," ujar Naftali Bennett, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 20 Juni 2021.

Diberitakan sebelumnya, Ebrahim Raisi menjadi Presiden Iran setelah menang telak dari dua pesaingnya, Mohssen Rezaei dan Abdolnaser Hemmati. Dari 28,6 juta suara yang masuk, dari pemilu yang hanya diikuti 48 persen pemilih, Raisi berhasil mengumpulkan 17,8 juta suara.

Di Iran, Raisi dikenal untuk banyak hal. Selain sebagai salah satu penentang pengaruh Barat dan loyalis Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei, dia juga dikenal sebagai hakim yang gemar memberikan eksekusi mati.

Selama menjadi hakim, ia dilaporkan Amnesty International sudah mengetok palu eksekusi mati untuk kurang lebih 5000 orang. Mayoritas di antaranya adalah tahanan politik yang dieksekusi di tahun 1988. Menurut kabar yang beredar, mereka yang mati karena vonis dari Raisi dimakaman di kuburan massal tersembunyi dan tanpa tanda.

Tahun 2019, tak lama setelah Raisi diangkat oleh Khamenei menjadi Hakim Agung, Amerika menjatuhkan sanksi kepadanya. Ia dianggap sudah melanggar hak asasi manusia ketika mengeksekusi mati ribuan tahanan politik serta menggunakan pengadilan untuk menekan pelaku unjuk rasa.



Catatan-catatan tersebut yang membuat Naftali Bennett was-was dengan Ebrahim Raisi. Ia takut Raisi akan menggunakan kekuasaan barunya untuk menggenjot lagi program pengayaan nuklir. Itulah kenapa, menurutnya, negara-negara yang menekan Perjanjian Nuklir Iran tidak usah buang-buang waktu untuk bernegosiasi dengannnya.

"Pemilihan Raisi adalah kesempatan terakhir bagi negara-negara dunia untuk sadar dengan siapa mereka berhadapan perihal perjanjian nuklir."

"Rezim brutal eksekutor tidak seharusnya diizinkan memiliki senjata pemusnah massal dan posisi Israel soal ini tidak akan berubah," ujar Naftali Bennett, melanjutkan sikap Israel yang diputuskan pendahulunya, Benjamin Netanyahu.

Di masa kepemimpinan Donald Trump, Amerika setuju dengan sikap Israel, diikuti dengan menarik diri dari perjanjian nuklir dan memberikan sanksi ke Iran. Namun, ketika Presiden Joe Biden terpilih, ia ingin membawa kembali Amerika ke perjanjian itu untuk memastikan pengayaan nuklir Iran terkendali.

Kepada Pemerintah Iran, administrasi Joe Biden berjanji sanksi ekonomi akan ia cabut jika pemerintah setuju kembali ke kesepakatan nuklir. Negosiasi soal itu sekarang sedang berjalan. Ebrahim Raisi, di kampanyenya, berjanji salah satu fokus utamanya adalah perbaikan ekonomi Iran dan kembali ke perjanjian nuklir, untuk bebas dari sanksi, ia anggap solusi.

Baca juga: Profil Ebrahim Raisi, Hakim Garis Keras yang Menang Pilpres Iran

ISTMAN MP | REUTERS

Catatan redaksi: Berita ini mengalami perbaikan judul karena adanya kesalahan penulisan. Atas kesalahan itu, kami mohon maaf

Berita terkait

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

5 jam lalu

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv menuntut Benjamin Netanyahu menerima proposal gencatan senjata Hamas demi dibebaskannya sandera

Baca Selengkapnya

Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

8 jam lalu

Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

Hamas tak berharap banyak pada pembicaraan damai kali ini karena Israel masih bersikukuh pada sikapnya yang tak mau mengakhiri perang Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

10 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

11 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

13 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

21 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

23 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

1 hari lalu

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

AJI Jakarta dengungkan boikot terhadap project cloud yang dikerjakan Google untuk Israel. Momentumnya diselarasakan dengan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

1 hari lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya