Kelompok G7 Mau Buat Proyek Infrastruktur Tandingi Belt and Road Initiative Cina

Sabtu, 12 Juni 2021 16:30 WIB

Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel berpose untuk foto bersama di KTT G7, di Carbis Bay, Inggris, 11 Juni 2021. [Patrick Semansky/Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok G7 pada Sabtu akan mengumumkan rencana proyek infrastruktur global baru untuk menandingi proyek Belt and Road Initiative Cina, kata pejabat senior pemerintahan Joe Biden.

Pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Amerika Serikat juga akan mendorong pemimpin G7 untuk menekan Cina perihal tuduhan penggunaan tenaga kerja paksa.

"Ini bukan hanya tentang merespons atau menghadapi Cina," kata pejabat itu, dikutip dari Reuters, 12 Juni 2021.

"Tetapi sampai sekarang kami belum menawarkan alternatif positif yang mencerminkan nilai-nilai kami, standar kami dan cara kami melakukan bisnis," paparnya.

Belt and Road Initiative (BRI) Cina adalah skema infrastruktur multi-triliun dolar AS yang diluncurkan pada tahun 2013 oleh Presiden Xi Jinping, yang melibatkan inisiatif pembangunan dan investasi yang akan membentang dari Asia ke Eropa dan sekitarnya.

Advertising
Advertising

Lebih dari 100 negara telah menandatangani perjanjian dengan Cina untuk bekerja sama dalam proyek-proyek BRI seperti kereta api, pelabuhan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya.

Menurut database Refinitiv pada pertengahan tahun lalu, ada lebih dari 2.600 proyek dengan biaya US$3,7 triliun (Rp52.600 triliun) terkait dengan inisiatif tersebut, meskipun kementerian luar negeri Cina mengatakan Juni lalu bahwa sekitar 20% proyek telah terkena dampak serius oleh pandemi Covid-19.

Pada bulan Maret, Joe Biden mengatakan dia telah menyarankan kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang menjadi tuan rumah KTT para pemimpin G7 tiga hari di Inggris barat daya, bahwa negara-negara demokratis harus mengembangkan skema proyek saingan mereka sendiri.

Pejabat AS mengatakan sampai sekarang, Barat telah gagal menawarkan alternatif positif untuk mengatasi kurangnya transparansi, standardisasi tenaga kerja dan lingkungan, serta pendekatan keras terhadap pemerintah Cina.

"Jadi besok kami akan mengumumkan membangun kembali dengan lebih baik untuk dunia, sebuah inisiatif infrastruktur global baru yang ambisius dengan mitra G7 kami, yang tidak hanya menjadi alternatif untuk B and I (Belt and Road)," kata pejabat itu.

Dalam pembicaraan, Biden juga akan menekan para pemimpin lainnya untuk menjelaskan pelanggaran HAM yang diklaim telah dilakukan Cina.

"Kita mendorong untuk lebih spesifik di daerah-daerah seperti Xinjiang, di mana kerja paksa terjadi dan di mana kita harus mengekspresikan nilai-nilai kita sebagai G7," kata pejabat itu tentang komunike terakhir yang akan dikeluarkan pada akhir KTT G7 pada Ahad.

Tidak ada rincian spesifik tentang bagaimana skema infrastruktur global akan didanai. Rencana tersebut akan melibatkan pengumpulan ratusan miliar uang publik dan swasta untuk membantu menutup kesenjangan infrastruktur senilai US$40 triliun (Rp568.776 triliun) di negara-negara yang membutuhkan pada tahun 2035, kata pejabat itu.

Pejabat senior AS itu mengatakan pemerintah akan bekerja dengan Kongres AS untuk melengkapi pembiayaan pembangunan yang ada, dengan harapan bahwa bersama dengan mitra G7, sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya, kelompok G7 bisa secara kolektif menyediakan ratusan miliar dolar AS dalam investasi infrastruktur untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Baca juga: Negara G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin

REUTERS

Berita terkait

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

3 jam lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

11 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

17 jam lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

1 hari lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

1 hari lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

1 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

1 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

2 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

2 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan agregat skor 1-3 dalam partai final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

2 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

Jonatan Christie mampu menyudahi perlawanan sengit Li Shi Feng dalam duel tiga game di laga ketiga final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya