Amerika Serikat Prihatin Kondisi Myanmar Memburuk

Kamis, 10 Juni 2021 10:00 WIB

Seorang pengunjuk rasa memegang pistol udara yang terbuat dari pipa saat protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar 3 April 2021. Kudeta militer ditentang rakyat Myanmar yang telah melakukan demonstrasi dan mogok massal sejak kudeta 1 Februari lalu. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator kebijakan Presiden Joe Biden untuk wilayah Indo-Pasifik Kurt Campbell tidak bisa menutupi rasa waswas terhadap kondisi di Myanmar, yang sekarang dipimpin oleh militer.

Pada Selasa, 8 Juni 2021, Campbell menyebut situasi di negara yang dulu bernama Burma itu, terus memburuk dan Amerika Serikat telah mencari segala kemungkinan yang bisa ditempuh sebagai jalan keluar.

"Tak bisa disangkal lagi kekerasan masih terulang. Kami buka hanya melihat tantangan dari pemberontakan etnis, namun juga naiknya oposisi yang lebih terorganisir dan punya tekad pada demokrasi serta menolak untuk turun," kata Campbell.
Pengungsi Karen yang membawa barang-barangnya berjalan di sepanjang kawat berduri di Mae Hong Son, Thailand, 29 Maret 2021. Pemerintah Thailand mengusir ribuan pengungsi yang melarikan diri dari serangan udara militer Myanmar kembali ke negara bagian Karen tenggara, kata dua kelompok aktivis pada Senin. Dalam tangkapan layar ini diambil dari video yang diperoleh oleh Reuters
Menurutnya, situasi di Myanmar mengkhawatirkan, bahkan semakin memburuk. Amerika Serikat pun melihat segala kemungkinan (skenario jala keluar).
Myanmar mengalami pergolakan sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021. Sejak itu, terjadi unjuk rasa di kota-kota di Myanmar, bahkan bentrokan di sejumlah wilayah perbatasan antara militer Myanmar dan etnis minoritas. Sejumlah aksi protes itu ada yang hanya beberapa pekan saja.
Sebelumnya PBB pada Selasa, 8 Juni 2021, memperkirakan ada 100 ribu orang di negara bagian Kayah yang mengungsi karena kehilangan tempat tinggal setelah terjadi sejumlah serangan oleh aparat keamanan. Negara bagian Kayah adalah area warga sipil.
Menurut Campbell, Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing sudah mengakui kalau dia tidak mengantisipasi kerusuhan sipil akan meningkat. Washington sebelumnya mendukung upaya ASEAN dan negara-negara lain untuk memulai proses agar Myanmar kembali ke jalur demokrasi. Amerika Serikat mendesak negara-negara agar mengisolasi Min Aung secara diplomatik.
Sumber: Reuters

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

2 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

4 jam lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

9 jam lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

1 hari lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

1 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

1 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Menteri Luar Negeri Spanyol Minta Israel Jangan Serang Rafah

1 hari lalu

Menteri Luar Negeri Spanyol Minta Israel Jangan Serang Rafah

Menteri Luar Negeri Spanyol mendesak Israel agar menghentikan operasi militernya di Rafah karena di sana ada ribuan warga sipil

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

1 hari lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

1 hari lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

1 hari lalu

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

Antony Blinken memperingatkan serangan Israel bisa memicu sebuah pemberontakan.

Baca Selengkapnya