Pengadilan Rakyat Atas Dugaan Genosida Pada Uighur Dimulai

Sabtu, 5 Juni 2021 11:30 WIB

Sejumlah muslim Uighurs berasal dari wilayah barat jauh dari Cina wilayah Xinjiang, saat mereka berada di penampungan sementara setelah mereka ditahan di kantor pusat regional imigrasi Thailand di dekat perbatasan Malaysia-di Hat Yai, Songkla (14/3). REUTERS/Athit Perawongmetha

TEMPO.CO, - Pengadilan rakyat di London yang didirikan atas permintaan Kongres Uighur Dunia memulai persidangan mereka untuk menyelidiki dugaan genosida pemerintah Cina terhadap etnis Uighur. Agenda diawali dengan pemeriksaan saksi yang merinci penyiksaan massal, pemerkosaan, dan berbagai pelanggaran lainnya.

Pengadilan tersebut diketuai oleh pengacara hak asasi manusia terkemuka Geoffrey Nice, yang memimpin penuntutan mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic dan telah menangani beberapa kasus yang dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Penyelenggara berharap proses pengungkapan secara terbuka bukti dugaan penindasan yang diatur oleh negara terhadap Uighur akan memaksa tindakan internasional terhadap pihak berwenang negara itu.

Advertising
Advertising

Berdasarkan laporan Al Jazeera, Sabtu, 5 Juni 2021, penyelenggara pengadilan mengatakan pihak berwenang Cina mengabaikan permintaan untuk berpartisipasi.

Sementara penasihat pengadilan mengatakan Amerika Serikat dan Australia menawarkan untuk menyediakan materi yang relevan guna menambah ribuan halaman bukti dokumenter yang telah dikumpulkan.

Kritikus, termasuk Inggris dan AS, mengatakan warga Uighur telah menjadi sasaran pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penahanan sewenang-wenang, kerja paksa, penyiksaan, sterilisasi paksa, dan pemisahan keluarga.

Menurut PBB, setidaknya satu juta orang Uighur, kelompok etnis yang sebagian besar muslim, telah ditahan di kamp-kamp konsentrasi di provinsi Xinjiang barat laut Cina.

Sebelum memberikan kesaksian kepada pengadilan melalui tautan video, tiga warga Uighur yang melarikan diri dari Cina ke Turki menceritakan pengalaman mereka. Salah satunya, bernama Rozi. Dia dipaksa melakukan aborsi saat hamil enam setengah bulan. Putra bungsunya ditahan pada 2015, saat masih berusia 13 tahun. Dia berharap pekerjaan pengadilan akan membantu mengarah pada kebebasannya.

“Saya ingin anak saya dibebaskan sesegera mungkin. Aku ingin melihatnya dibebaskan," ucap Rozi.

Warga Uighur kedua merupakan mantan dokter. Ia berbicara tentang kebijakan pengendalian kelahiran yang kejam.

Adapun yang ketiga, seorang mantan tahanan, menuduh dia disiksa siang dan malam oleh tentara Cina saat dipenjara di wilayah perbatasan terpencil.

Cina membantah tuduhan pelecehan, kekerasan, dan mengklaim kamp-kamp itu adalah pusat pendidikan.

Cina secara terbuka mengutuk pengadilan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian mengatakan pengadilan itu adalah mesin yang menghasilkan kebohongan. Itu didirikan oleh orang-orang dengan motif tersembunyi dan tidak membawa bobot atau otoritas. Itu hanya pertunjukan opini publik yang canggung dengan kedok hukum," tuturnya.

Baca juga: Cina Minta Negara Anggota PBB Tidak Hadiri Acara Amerika Soal Muslim Uighur

Sumber: AL JAZEERA

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 menit lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

5 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

6 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

9 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

10 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

13 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

19 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya