WHO: Sudah Saatnya Ada Perjanjian Global Soal Pandemi

Selasa, 1 Juni 2021 09:00 WIB

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19 di markas WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan sudah saatnya ada pembahasan soal perjanjian internasional untuk respon pandemi. Menurutnya, hal itu penting untuk mencegah pandemi dengan skala sebesar COVID-19 terulang ke depannya.

Ghebreyesus menyampaikan hal tersebut dalam pertemuan tingkat menteri tahunan. Menurut laporan Reuters, usulan Ghebreyesus disambut baik oleh para menteri. Namun, mereka juga mendorong adanya reformasi terhadap WHO untuk memperkuat kapasitas respon organisasi dan negara anggota terhadap virus.

"Kami jujur menghadapi tantangan berat untuk menjaga respon pandemi COVID-19 pada level sekarang karena membutuhkan pendanaan yang berkelanjutan serta fleksibel," ujar Ghebreyesus, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 31 Mei 2021.

Rencananya, kata Ghebreyesus, keputusan soal reformasi WHO dan perjanjian internasional soal respon pandemi akan ditetapkan pada 29 November nanti. Jika jadi, maka negosiasi dari isi perjanjian akan dimulai di situ.

"Menurut saya, hal yang akan sangat memperkuat WHO dan keamanan kesehatan global (untuk merespon pandemi) adalah perjanjian internasional kesiapan merespon pandemi," ujar Ghebreyesus.

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 pada warga di RPTRA Taman Gajah, Cipete Selatan, Jakarta Selatan, Kamis, 27 Mei 2021. Pemprov DKI Jakarta melakukan vaksinasi COVID-19 bagi warga usia 18 tahun ke atas yang berada di RW rentan dan padat penduduk. TEMPO/M Taufan Rengganis

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mendukung adanya perjanjian internasional dan reformasi WHO. Menurutnya, penting ada sistem pengawasan global dan penguatan fungsi WHO agar mampu merespon pandemi dengan lebih efektif serta efisien lagi.

Morrison mengakui bahwa perjalanan untuk mendapatkan reformasi dan perjanjian yang disepakati bersama akan sulit. Setiap negara, kata ia, memiliki kepentingan dan pertimbangan masing-masing. Oleh karena itu, jika reformasi dan perjanjian internasional ingin diwujudkan, Morrison berkata ego masing-masing harus dikesampingkan.

"Jika kita mau reformasi (WHO) dan perjanjian internasional, maka kita harus bekerjasama dan mengesampingkan perbedaan," ujar Morrison.

Direktur Layanan Darurat WHO, Mike Ryan, menyambut baik kedua rencana itu. Menurutnya, pathogen sekarang dalam kondisi unggul dan hal itu tidak bisa dibiarkan. Jika dibiarkan, mereka bisa diam-diam muncul dan menjadi ancaman baru layaknya COVID-19.

"Saat ini Pathogen lebih unggul. Mereka bisa muncul diam-diam dalam kondisi planet yang tidak imbang seperti sekarang. Kita harus mengubah segala hal yang membuat kita rentan terhadap pandemi. Kesatuan bisa menjadi kekuatan," ujar MikeRyan

Menurut data WHO, tercatat ada 171 juta kasus dan 3,5 juta kematian akibat COVID-19. Angka kasus per hari bisa mencapai lebih dari 500 ribu orang sementara angka kematian per hari berada di atas 10 ribu.

Baca juga: WHO: Kemungkinan Perokok Mati Akibat Covid-19 Lebih Tinggi 50 Persen

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

6 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

20 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

14 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya