Menkes Inggris Bantah Tudingan Mantan Penasihat Boris Johnson Soal COVID-19

Kamis, 27 Mei 2021 19:15 WIB

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock berbicara pada konferensi pers digital COVID-19 di 10 Downing Street di London, Inggris 2 April 2020. [Pippa Fowles / 10 Downing Street / Handout via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock membantah tudingan mantan penasihat PM Boris Johnson, Dominic Cummings, soal buruknya penanganan pandemi COVID-19. Ia menyebut tuduhan Cummings tidak berdasar.

"Tuduhan yang ia sampaikan kemarin adalah hal yang serius. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan bahwa tuduhan itu tidak berdasar dan tidak benar. Saya selalu jujur, terbuka, dan transparan kepada publik soal penanganan pandemi COVID-19," ujar Hancock ketika diminta menghadap ke Parlemen Inggris soal tuduhan Cummings, Kamis, 27 Mei 2021.

Hancock menambahkan bahwa tidak pernah sekalipun ia tidak memikirkan bagaimana sebaiknya Inggris menangani pandemi COVID-19. Meski ia tidak menyangkal ada strategi-strategi yang kurang tepat, ia menegaskan bahwa Inggris sudah mulai merespon pandemi COVID-19 sejak bulan Januari 2020.

Sebagai catatan, strategi pertama yang diambil Inggris untuk merespon pandemi COVID-19 bukanlah lockdown melainkan Herd Immunity. Pemerintah Inggris berkeyakinan bahwa selama warga Inggris patut protokol kesehatan, maka tidak perlu ada lockdown. Nyatanya, pandemi malah kian buruk yang memaksa Inggris lockdown lebih dari sekali.

"Sejak saya diserahi tanggung jawab untuk merespon pandemi di bulan Januari, saya selalu bangun dengan pertanyaan 'apa yang harus saya lakukan untuk melindungi warga Inggris'," klaim Hancock.

Dominic Cummings, penasihat khusus untuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tiba di luar Downing Street selama wabah penyakit virus corona (Covid-19), London, Inggris, 14 Mei 2020. [REUTERS / John Sibley]


Diberitakan sebelumnya, Dominic Cummings menyebut administrasi PM Boris Johnson terlalu menyepelekan pandemi COVID-19. Saking menyepelekannya, kata Cummings, Johnson sempat menganggap COVID-19 sebagai takhayul dan meminta dirinya disuntik dengan virus itu sebagai pembuktian.

Cummings berkata, sikap Boris Johnson tersebut berdampak pada penanganan pandemi COVID-19. Inggris jadi telat merespon ancaman yang telah menewaskan 127 ribu warga mereka itu. Dampaknya, Inggris sempat menjadi negara paling terdampak pandemi COVID-19 di benua Eropa dengan angka kasus dan kematian melebihi tetangga-tetangganya.

Hancock, menurut Cummings, juga turut bertanggung jawab. Ia berkata, Hancock telah bersikap tidak transparan dan tidak jujur selama penanganan pandemi COVID-19. Salah satunya adalah klaim Hancock bahwa perlindungan ekstra telah diberikan kepada lansia-lansia di panti perawatan yang disebut oleh Cummings sebagai sebuah kebohongan.

Ucapan Cummings menimbulkan berbagai reaksi. Kelompok oposisi meminta adanya tindak lanjut atas tuduhan-tuduhan dia. Jika terbukti benar, mereka mendesak Hancock dipecat. Parlemen Inggris setuju bahwa tuduhan-tuduhan Cummings soal penanganan COVID-19 tidak bisa dianggap fakta sampai ada bukti-bukti kuat yang mendukungnya.

Baca juga: Mantan Penasihat: Boris Johnson Sempat Minta Disuntik Virus COVID-19

ISTMAN MP | REUTERS



Berita terkait

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

7 jam lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

11 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

2 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

3 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

7 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

8 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

8 hari lalu

112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

Pada 15 April 1912, RMS Titanic karam di Atlantik Utara menabrak gunung es saat pelayaran dari Southampton di Inggris ke New York City

Baca Selengkapnya