Israel - Palestina Perang, Warga Kawasan Multi Etnis Takut Rayakan Idul Fitri

Jumat, 14 Mei 2021 19:30 WIB

Seorang wanita Muslim Palestina berfoto saat merayakan Idul Fitri di kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, 13 Mei 2021. REUTERS/Ammar Awad

TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara Israel dan Palestina tidak hanya berdampak secara fisik ke warga sipil, tetapi juga psikologis. Hal itu terjadi pada warga yang tinggal di kawasan multi etnis seperti Acre di pesisir Israel.

Di hari Idul Fitri, atau hari keempat sejak pertempuran Israel dan Palestina berlangsung, warga Acre tidak bisa bersilaturahmi dengan tenang. Mereka, baik warga keturunan Yahudi maupun Arab, khawatir menjadi sasaran serang warga yang marah terhadap salah satu kubu. Apalagi, sempat beredar peringatan informal agar tidak berbicara menggunakan bahasa Hebrew di kota tua Acre yang padat Arab.

Hal itu ironis. Selama ini, Acre dijadikan lokasi percontohan di mana warga keturunan Arab maupun Yahudi bisa hidup damai bersama. Namun, pertempuran Israel dan Palestina telah menimbulkan ketakutan dan prasangka buruk di antara mereka. Oleh karenanya, di hari Idul Fitri, mayoritas warga memilih untuk mendekam di rumah.

"Mereka berkata bahwa situasi di Gaza buruk. Namun, jujur saja, situasi di sana lebih menakutkan bagi ku," ujar salah satu warga Acre keturunan Arab, Majd Abado, Jumat, 14 Maret 2021.

Orang Israel berkumpul di Tembok Barat saat kobaran api terlihat di latar belakang kompleks yang menampung Masjid Al Aqsa, yang dikenal oleh Muslim sebagai Tempat Suci dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, dalam potongan gambar yang diambil dari video Mei 10, 2021. [REUTERS / Reuters TV]


Ketakutan Abado beralasan. Pada Selasa kemarin, menurut laporan Reuters, sejumlah warga memecahkan kaca kantor polisi kota Acre dan kemudian membakarnya. Selain itu, di hari Kamis, puluhan polisi berpakaian anti huru-hara berpatroli di kota Acre, menyebabkan warga keturunan Arab khawatir bakal menjadi sasaran serang.

Tidak hanya Abado yang ketakutan. Beberapa warga, yang enggan disebutkan namanya, juga takut keluar rumah dan kemudian menjadi sasaran perisakan hanya karena keturunan Arab maupun Yahudi. Pelaku usaha, yang selama ini melayani pelanggan keturunan Arab maupun Yahudi, bahkan sampai berhenti beroperasi untuk sementara waktu.

"Kami di sini melayani Yahudi maupun Arab dan membangun hubungan baik. Teater ini bahkan memperkerjakan pegawai Arab, Yahudi, Kristen, Muslim, Druze, dan sebagainya. Mereka sudah seperti keluarga. Ketika ada masalah seperti sekarang. kami semua terdampak," ujar pengurus salah satu teater di Acre yang enggan disebutkan juga.

Asap yang mengepul dari sebuah gedung akibat serangan udara Israel di Gaza 11 Mei 2021. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa


Acre sudah lama menjadi lokasi multi etnis di Israel. Warga Arab tinggal di kawasan kota tua sementara warga keturunan Yahudi tinggal di kawasan modern. Mayoritas dari mereka menguasai dua bahasa, Arab dan Hebrew, sehingga dikenal dekat serta paham terhadap satu sama lain. Warga non Arab di Acre pun dikabarkan mengecam upaya pencaplokan Sheikh Jarran oleh PM Israel Benjamin Netanyahu.

Kedekatan itu membuat mayoritas warga keturunan Yahudi yang tinggal di Acre enggan bergabung ke Angkatan Bersenjata Israel. Dampaknya, mereka kerap dicurigai oleh kelompok konservatif Israel yang memandang warga keturunan Arab sebagai kelompok masyarakat kelas dua.

Per berita ini ditulis, situasi antara Palestina dan Israel belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Walau utusan khusus Amerika telah dikirim untuk memediasi kedua kubu, baik Palestina maupun Israel belum memiliki niat untuk menghentikan serangan. Walau begitu, Palestina mengatakan terbuka untuk gencatan senjata apabila Israel berjanji menghentikan serangannya.

Akibat pertempuran yang terjadi. jumlah korban jiwa terus bertambah. Korban terbanyak berada di Gaza dengan 109 orang meninggal, termasuk 28 anak-anak, dan 621 luka-luka. Angka tersebut jauh lebih banyak dibanding Israel di mana tujuh warga meninggal dan 200 luka-luka.

Baca juga: Korban Meninggal di Gaza Sudah Melebihi 100 Orang

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

16 menit lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Dari AS, Protes Mahasiswa Pro-Palestina Menyebar ke Negara-negara Ini

25 menit lalu

Dari AS, Protes Mahasiswa Pro-Palestina Menyebar ke Negara-negara Ini

Mahasiswa di kampus-kampus di seluruh dunia menggelar unjuk pro-Palestina untuk memprotes genosida di Gaza oleh Israel.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

33 menit lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

55 menit lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

2 jam lalu

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

Bagi Benjamin Netanyahu, memenuhi tuntutan Hamas sama dengan menyerah. Pihaknya memilih untuk melanjutkan pertempuran

Baca Selengkapnya

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

2 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

2 jam lalu

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

Setelah berkali-kali diancam akan ditutup, Al Jazeera akhirnya benar-benar ditutup di Israel dengan alasan menyebarkan hasutan.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

3 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Ketua Hamas Sebut Benjamin Netanyahu Hanya Cari Pembenaran untuk Memperpanjang Perang Gaza

3 jam lalu

Ketua Hamas Sebut Benjamin Netanyahu Hanya Cari Pembenaran untuk Memperpanjang Perang Gaza

Ismail Haniyeh menyebut Benjamin Netanyahu merusak upaya gencatan senjata dan menciptakan pembenaran agar bisa melanjutkan serangan ke Jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

4 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya