Cina Minta Negara Anggota PBB Tidak Hadiri Acara Amerika Soal Muslim Uighur

Sabtu, 8 Mei 2021 18:15 WIB

Petugas kepolisian melakukan penjagaan di pusat pendidikan keterampilan kejuruan untuk Muslim Uighur di Xinjiang, Cina, 4 September 2018. Cina mengklaim kamp itu sebagai pusat pelatihan vokasi profesional yang digunakan untuk kontra-terorisme sekaligus meningkatkan keterampilan. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina meminta negara anggota PBB untuk tidak menghadiri event diskusi tentang Muslim Uighur yang digelar pekan depan. Menurut Pemerintah Cina, event tersebut bernada politis dengan niatan utamanya untuk menyudutkan Cina.

"Itu adalah event yang memiliki niatan politis. Kami meminta misi diplomatik kalian untuk tidak mengikuti event anti-Cina itu," ujar Pemerintah Cina dalam nota yang disebar ke berbagai duta besar, dikutip dari Reuters, Sabtu, 8 Mei 2021.

Menurut laporan Reuters, diskusi tersebut adalah bagian dari event virtual PBB pekan depan. Namun, event digelar atas usulan Amerika, Jerman, serta Inggris. Para dubes mereka akan hadir di acara tersebut bersama representasi organisasi HAM yaitu Human Rights Watch serta Amnesty International.

Selain ketiga negara, sejumlah dubes dari negara-negara Eropa, Australia, dan Kanada juga dijadwalkan hadir. Mereka inilah yang diminta Cina untuk tidak menghadiri acara.

Cina mencurigai motif diskusi karena Amerika dan Inggris dikenal kerap mengkritik perlakuan ke Muslim Uighur di Xinjiang. Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika dan Inggris beberapa kali melaporkan telah terjadi kejahatan kemanusiaan di Xinjiang mulai dari Muslim Uighur ditaruh di kamp konsentrasi, diperkerjakan secara paksa, hingga harus menjalani sterilisasi secara sepihak dengan dalih kontrol populasi.

Penghuni pusat pelatihan pendidikan vokasi kota Kashgar berdansa saat kunjungan wartawan dan pejabat di Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, Cina, Jumat, 4 Januari 2019. Kunjungan ini diorganisir oleh pemerintah Cina pasca kabar tindakan pelanggaran HAM terhadap etnis Muslim Uighur. REUTERS/Ben Blanchard

Januari lalu, Amerika memutuskan untuk memblokir impor tomat dan katun dari Xinjiang sebagai respon atas apa yang mereka yakini terjadi terhadap Muslim Uighuir di sana. Menurut mereka, kedua produk yang diblokir itu adalah hasil kerja paksa . Tak lama setelah pemblokiran itu, Amerika menyebut apa yang terjadi di Xinjiang terhadap Muslim Uighur sebagai genosida.

"Isu hak asasi manusia adalah alat politis untuk mengintervensi urusan internal Cina dengan Xinjiang. Hal itu bisa menciptakan perpecahan, keributan, yang pada ujungnya memperlamban pertumbuhan Cina."

"Mereka terobsesi memprovokasi konfrontasi dengan Cina. Provokasi tersebut, ke depannya, bisa memicu konfrontasi yang lebih banyak," ujar Misi Diplomatik Cina di PBB menurut nota yang beredar, dikutip dari laporan Reuters.

Direktur Human Rights Watch Louis Charbonneau menyakini ancaman dari Cina tidak akan berdampak terhadap negara-negara anggota PBB. Menurutnya, semakin Cina memaksa anggota PBB untuk menuruti mereka, maka akan semakin banyak yang memilih untuk bersikap sebaliknya.

"Beijing sudah bertahun-tahun mencoba membully pemerintah (negara anggota PBB) untuk diam. Namun, strategi itu telah gagal karena makin banyak negara yang menyuarakan kengerian atas apa yang dilakukan Cina terhadap Muslim Uighur atau etnis lainnya," ujar Charbonneau pada Jumat kemarin.

Pemerintah Cina enggan berkomentar soal nota yang beredar. Sebelumnya, Pemerintah Cina sudah membantah semua tuduhan atau laporan yang menyatakan terjadi pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Baca juga: Kekerasan pada Etnis Uighur, Parlemen Minta Inggris Bertindak

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

5 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

7 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

8 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

9 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

10 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

13 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

16 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

17 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

22 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya