Dubes Myanmar di PBB Minta Sanksi Tambahan untuk Junta Militer

Rabu, 5 Mei 2021 14:00 WIB

Duta Besar Myanmar di PBB Kyaw Moe Tun. United Nations TV/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun, belum puas dengan banyaknya hukuman yang diterima junta militer. Dikutip dari kantor berita Reuters, ia meminta Kongres Amerika untuk menambah jumlah sanksi ke Junta Myanmar, terutama ke bisnis-bisnis yang menopang mereka.

Menurut Kyaw Moe Tun, salah satu sasaran empuk untuk menghukum Junta Myanmar adalah perusahan migas milik negara, Myanmar Oil and Gas Enterprise (MOGE). Selain perusahaan tersebut, Kyaw Moe Tun juga menyarankan sanksi untk bank sentral Myanmar, Myanmar Foreign Trade Bank (MFTB). Ia menyakini sanksi kepada keduanya akan berdampak langsung ke operasional junta.

"Saya ingin menegaskan lagi bahwa Myanmar tidak hanya mengalami kemunduran dalam hal demokrasi, tetapi situasi di sana juga berpotensi mengancam kestabilan serta kedamaian regional," ujar Kyaw Moe Tun, dalam pertemuannya dengan Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen AS, soal alasannya mendorong sanksi tambahan, Rabu, 5 Mei 2021.

Sebagaimana diketahui, Amerika sudah menjatuhkan berbagai sanksi ke Myanmar sebelumnya. Sanksi itu tak hanya menyasar pejabat-pejabat Militer Myanmar, tetapi juga perusahaan-perusahaan afiliasinya. Adapun dengan sanksi tersebut, mereka tidak hanya dilarang masuk ke Amerika, tetapi juga asetnya dibekukan dan tak boleh melakukan transaksi ekonomi di AS.

Pengunjuk rasa anti kudeta membakar bendera Cina di Yangon, Myanmar 5 April 2021. [REUTERS / Stringer]

Dua entitas bisnis yang telah dikenai sanksi adalah Myanmar Holdings Public Company Limited (MEHL) dan Myanmar Economic Corporation Limted (MEC). Kedua konglomerasi adalah afiliasi dari Militer Myanmar sekaligus salah satu sumber pendapatan terbesar mereka. Mereka bergerak di industri telekomunikasi, bir, rokok, ban, pertambangan, serta real estate. Tidak berlebihan mengatakan mereka mengontrol sektor strategis Myanmar.

Sektor Migas dan Perbankan tidak masuk ke dalam bisnis keduanya. Hal itulah yang membuat Kyaw Moe Tun mendesak adanya sanksi ke sana untuk meningkatkan tekanan ke junta. MOGE diketahui beroperasi di lokasi pengeboran minyak lepas laut yang dioperasikan bersama Chevron (Amerika) dan Total (Prancis). Sementara itu, MFTB mengatur transaksi dengan mata uang asing untuk Pemerintah Myanmar.

Sejak Kudeta Myanmar dimulai pada 1 Februari lalu, warga lokal sudah meminta komunitas internasional untuk tidak hanya menghukum pejabat-pejabat junta militer, tetapi juga bisnis-bisnis milik mereka. Sebab, menurut warga dan para aktivis, bisnis-bisnis itulah nadi operasi Militer Myanmar. Jika Militer Myanmar berhasil dimiskinkan, menurut mereka akan lebih mudah untuk mendesak mereka mengembalikan demokrasi.

Per berita ini ditulis, situasi di Myanmar belum sepenuhnya mereda. Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik menyebut sudah ada 766 orang tewas dibunuh militer sejak kudeta dimulai. Selain itu, belum ada tanda-tanda Junta Myanmar akan mengikuti lima poin konsensus yang dihasilkan di KTT ASEAN.

Baca juga: ASEAN Perlu Jaga Momentum dan Komunikasi Perihal Krisis Myanmar

ISTMAN MP | REUTERS





Berita terkait

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

3 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

11 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

11 jam lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

12 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

2 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

2 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

4 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

4 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya