Diminta Serahkan Lisensi Vaksin COVID-19, Amerika Gelar Pembicaraan dengan WTO
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Senin, 3 Mei 2021 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Distribusi dan ketersediaan vaksin COVID-19 masih menjadi masalah. Masih banyak negara yang kekurangan vaksin atau bahkan belum mendapatkan vaksin COVID-19 sama sekali. Salah satunya adalah India, yang tengah menghadapi gelombang kedua pandemi, di mana sempat menutup pusat vaksinasinya selama tiga hari karena kehabisan suplai.
Di saat berbagai negara tidak mendapat vaksin COVID-19, Amerika menjadi salah satu negara yang mengalami surplus. Mereka kelebihan memesan vaksin. Saking kelebihannya, pesanan vaksin COVID-19 AstraZeneca mereka sampai tak terpakai. Amerika berniat membahas distribusi vaksin, termasuk surplus, dengan Organisasi Dagang Dunia (WTO) agar tepat sasaran.
"Kami akan menggelar pembicaraan soal bagaimana vaksin ini bisa terdistribusi dengan luas dan terlisensi. Kami akan punya lebih banyak hal untuk disampaikan beberapa hari ke depan," ujar Kepala Staf Gedung Putih, Ron Klain, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 3 Mei 2021.
Sebelumnya, Amerika sudah mendapat banyak permohonan dari berbagai negara untuk berbagi vaksin COVID-19. Beberapa permohonan di antaranya datang dari India dan Meksiko yang telah diiyakan oleh administrasi Presiden Joe Biden.
Selain menerima permohonan soal berbagi vaksin COVID-19, administrasi Joe Biden juga mendapat desakan untuk melisensikan hak cipta vaksin COVID-19 buatan Amerika. Dengan begitu, berbagai negara bisa memproduksi vaksin secara swasembada tanpa harus menunggu kiriman dari negara lain.
Salah satu desakan datang dari ikatan Dokter Tanpa Batas (MSF). Mereka mendesak negara-negara kaya untuk tidak memblokir pemberian lisensi atau teknologi vaksin kepada negara lain. Tujuannya seperti telah disebutkan, agar ada produksi vaksin secara swasembada dan suplai merata.
Perkara lisensi itu sudah disinggung administrasi Joe Biden pekan lalu. Mereka mengklaim tengah menimbang sejumlah opsi mulai dari pemangkasan harga vaksin hingga pemberian lisensi. Namun, keputusan belum diambil dan kemungkinan baru ada di pertemuan WTO pekan ini.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika, Jake Sullivan, pada Ahad kemarin mendukung pemangkasan harga vaksin agar lebih terjangkau oleh negara-negara miskin. Sementara itu, Senator Vermont Bernie Sanders berpendapat pemberian lisensi atau hak cipta vaksin adalah tanggung jawab moral untuk meratakan distribusinya.
"Apa yang bisa saya katakan ke perusahaan medis, ketika jutaan nyawa di dunia dalam ancaman, izinkan mereka untuk memiliki hak cipta vaksinnya agar negara lain bisa memproduksi vaksinnya sendiri," ujar Sanders.
Per berita ini ditulis, angka vaksinasi COVID-19 harian di Amerika sudah mulai berkurang (2,42 juta per hari). Hal itu seiring dengan menurunnya kebutuhan untuk vaksinasi karena sudah banyak yang mendapatkan dosis. Kurang lebih 56 persen warga dewasa di Amerika sudah menerima satu dosis vaksin COVID-19.
Baca juga: CDC: 1 dari 3 Orang Amerika Terinfeksi Covid-19
ISTMAN MP | AL JAZEERA