Dinyatakan Joe Biden Sebagai Genosida, Ini 5 Fakta Pembantaian Armenia 1915

Minggu, 25 April 2021 09:00 WIB

Sejumlah sukarelawan Armenia memegang replika senjata saat mengikuti latihan menembak di tengah konflik perang dengan Azerbaijan di Yerevan, Armenia, 27 Oktober 2020. Latihan menembak ini diikuti oleh puluhan warga baik pria dan wanita. REUTERS/Gleb Garanich

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Joe Biden membuat pernyataan bersejarah dengan mengakui pembantaian Armenia di Kekaisaran Ottoman pada 1915 sebagai genosida. Selama ini, Amerika selalui menghindari segala kemungkinan mengakui peristiwa tersebut untuk menjaga hubungan baik dengan Turki.

Berbaga pihak tidak kaget dengan keputusan Biden tersebut. Mereka menyebut memburuknya hubungan Amerika - Turki sebagai pemicu deklarasi Joe Biden. Namun, ada juga yang mengatakan Joe Biden telah berjanji di tahun 2020 bahwa akan ada pengakuan peristiwa 1915 sebagai genosida.

Berikut beberapa fakta soal peristiwa pembantaian yang menewaskan jutaan orang tersebut, termasuk hubungan dengan Amerika, dikumpulkan Tempo dari berbagai sumber:

1. Diawali Kekhawatiran Armenia Mendukung Rusia
Peristiwa pembantaian Armenia di tahun 1915 berkaitan erat dengan Perang Dunia I. Dalam perang itu Turki Ottoman, yang berada di pihak Jerman dan Kerajaan Austro-Hungarian, khawatir Armenia akan mendukung pihak lawan yakni Rusia. Rusia, pada saat itu, diketahui mengincar Konstantinopel (sekarang Istanbul) yang memegang akses atas laut hitam.

Khawatir warga Armenia yang tinggal di Ottoman akan benar-benar mendukung Rusia, kekaisaran mencap mereka sebagai ancaman nasional. Tak lama setelah itu, pembantaian dimulai dengan jumlah korban mencapai jutaan. Beberapa di antaranya tewas karena kelaparan atau kehausan ketika deportasi besar-besaran dilakukan terhadap warga Armenia di Anatolia.

Presiden Turki Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota Partai AK yang berkuasa selama pertemuan di parlemen di Ankara, Turki, 23 Desember 2020. [Kantor Pers Kepresidenan / Selebaran melalui REUTERS]


2. Turki Membantah Genosida
Republik Turki, berdiri di tahun 1923 setelah kekaisaran Ottoman runtuh, tidak mengakui telah terjadi genosida sistemik terhadap Armenai. Mereka mengklaim matinya warga dipicu konlik antar etnis antara Turki Ottoman dan Armenia di saat Kekaisaran Ottoman mulai runtuh. Pernyataan Turki itu diamini sekutunya sekaligus musuh Armenia, Azerbaijan

3. Kesepakatan Damai Sempat Diteken
Untuk mengubur permusahan lama, Turki dan Armenia sepakat untuk meneken rekonsiliasi di tahun 2009. Salah satu wujud rekonsiliasi, kedua negara sepakat membentuk dewan pakar internasional yang akan meneliti pembantaian di tahun 1915. Selain itu, hubungan diplomatik dan pembukaan perbatasan juga dilakukan.

Damai tak berlangsung lama. Armenia dan Turki saling tuduh dewan yang dibentuk berupaya menulis ulang sejarah sesuai narasi masing-masing. Dalam hitungan bulan, kesepakatan damai itu bubar jalan dan baru diakui secara formal berakhir tahun 2018.

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]


4. Ada 2 Juta Keturunan Armenia di Amerika
Presiden Amerika Joe Biden berjanji di masa Pilpres Amerika 2020 bahwa ia akan mengakui pembantaian di tahun 1915 sebagai genosida. Sebelum itu, hanya Ronald Reagan yang mengakui peristiwa tersebut sebagai genosida.

Kurang lebih ada 2 juta warga Amerika yang keturunan Armenia. Mayoritas tumbuh dengan cerita soal pembantaian tersebut. Adapun populasi keturunan Armenia terbesar berada di Glendale, California yang mewakili 40 persen dari 200 ribu total penduduknya.

5. Pengakuan Dimulai Sejak 2019
Tahun 2019, Senat Amerika secara mufakat meloloskan resolusi yang mengakui pembantaian Armenia 1915 sebagai genosida. Wakil Presiden Kamala Harris, saat itu senator California, mendukung resolusi itu dan menjadi jembatan terhadap komunitas Amerika-Armenia.

Turki mencoba melobi Amerika untuk mencabut resolusi itu, tetapi gagal. Saat itu, hubungan dengan Turki sudah mulai memburuk karena serangan Turki di Suriah serta pembelian sistem pertahanan udara buatan Rusia. Donald Trump, pendahulu Joe Biden, bahkan memberi sanksi.

Baca juga: Usai Dikritik, Joe Biden Akan Tambah Jumlah Pengungsi yang Diizinkan ke AS

ISTMAN MP | REUTERS | CNN

Berita terkait

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

1 jam lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

6 jam lalu

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

Kolombia pernah berhubungan akrab dengan Israel, tetapi Gustavo Petro, sang presiden, tidak pernah menahan diri untuk mengkritik negara Zionis itu.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

8 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU Kontroversial soal Definisi Anti-Semitisme, Apa Maksudnya?

8 jam lalu

DPR AS Loloskan RUU Kontroversial soal Definisi Anti-Semitisme, Apa Maksudnya?

Kelompok HAM memperingatkan bahwa definisi baru Anti-Semitisme tersebut dapat semakin membatasi kebebasan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

2 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

2 hari lalu

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

Jaksa dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dilaporkan telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit terbesar di Gaza

Baca Selengkapnya

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

3 hari lalu

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

3 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya