Armenia Apresiasi Langkah Joe Biden Akui Pembantaian 1915 Sebagai Genosida

Minggu, 25 April 2021 08:00 WIB

Sejumlah sukarelawan Armenia mengambil posisi menembak saat mengikuti latihan menembak di tengah konflik perang dengan Azerbaijan di Yerevan, Armenia, 27 Oktober 2020. Latihan menembak ini diikuti oleh puluhan warga baik pria dan wanita. REUTERS/Gleb Garanich

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengapresiasi langkah Presiden Amerika Joe Biden mengakui pembantaian tahun 1915 sebagai Genosida. Lewat surat, Pashinyan menyebut deklarasi itu sungguh penting karena berkaitan dengan keamanan nasional Armenia usai perang di Nagorno-Karabakah tahun lalu.

"Pengakuan terhadap genosida (di tahun 1915) adalah perkara kebenaran, keadilan sejarah, serta keamanan terhadap Armenia, terutama usai perang yang terjadi tahun lalu," ujar Nikol Pashinyan dalam suratnya, dikutip dari Reuters, Sabtu, 24 April 2021.

Diberitakan sebelumnya, Joe Biden akhirnya menepati janji kampanyenya dengan mengakui pembantaian warga Armenia oleh Kekaisran Ottoman di tahun 1915 sebagai genosida. Keputusan itu ia ambil seiring dengan memburuknya hubungan Amerika dan Turki yang berdiri usai Kekaisaran Ottoman runtuh di tahun 1923.

Peristiwa pembantaian Armenia itu sendiri berkaitan erat dengan Perang Dunia I. Dalam perang itu Turki Ottoman, yang berada di pihak Jerman dan Kerajaan Austro-Hungarian, khawatir Armenia akan mendukung pihak lawan yakni Rusia. Rusia, pada saat itu, diketahui mengincar Konstantinopel (sekarang Istanbul) yang memegang akses atas laut hitam.

Khawatir warga Armenia yang tinggal di Ottoman akan benar-benar mendukung Rusia, kekaisaran mencap mereka sebagai ancaman nasional. Tak lama setelah itu, pembantaian dimulai dengan jumlah korban mencapai jutaan. Beberapa di antaranya tewas karena kelaparan atau kehausan ketika deportasi besar-besaran dilakukan terhadap warga Armenia di Anatolia.

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]


Sebelum Joe Biden, hanya ada satu Presiden Amerika yang secara publik mengakui pembantaian Armenia di tahun 1915. Ia adalah Ronald Reagan. Setelah Reagan, semua presiden kecuali Joe Biden berusaha menghindari isu Armenia untuk menjaga hubungan baik dengan Turki.

Azerbaijan, sebagai pihak yang disokong Turki dan berperang dengan Armenia di Nagorno-Karabakah, mengecam deklarasi Joe Biden. Menurut mereka, Joe Biden salah mengintepretasikan peristiwa yang terjadi lebih dari 100 tahun lalu.

"Ini adalah upaya untuk menyalahi atau menulis ulang sejarah. Penggunaan sejarah untuk kepentingan politik tidak bisa diterima," ujar Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dalam keterangan persnya.

Turki juga telah mengecam keputusan Joe Biden. Juru bicara Pemerintah Turki, Ibrahim Kalin, pernyataan Joe Biden memiliki agenda untuk menyudutkan mereka. Selain itu, juga menyebut pernyataan terkait sebagai langkah populis.

Baca juga: Usai Dikritik, Joe Biden Akan Tambah Jumlah Pengungsi yang Diizinkan ke AS

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

4 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

8 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

13 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Kronologi Perkemahan Pro-Palestina di Universitas-universitas AS

20 jam lalu

Kronologi Perkemahan Pro-Palestina di Universitas-universitas AS

Protes pro-Palestina yang menuntut gencatan senjata di Gaza dan divestasi perusahaan-perusahaan terkait Israel menyebar ke seluruh universitas AS.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

21 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

22 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

1 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

1 hari lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

1 hari lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

1 hari lalu

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

Kolombia pernah berhubungan akrab dengan Israel, tetapi Gustavo Petro, sang presiden, tidak pernah menahan diri untuk mengkritik negara Zionis itu.

Baca Selengkapnya