Pakar: Tempatkan 80 Ribu Tentara di Ukraina dan Krimea, Rusia Sinyalkan Perang

Rabu, 14 April 2021 10:00 WIB

Anggota unit pertahanan diri pro-Rusia berdiri dalam formasi saat mereka mengambil sumpah kepada pemerintah Krimea di Simferopol (10/3). Pasukan Rusia posisinya di semenanjung Krimea Ukraina pada Senin, mengambil alih sebuah rumah sakit militer dan pangkalan rudal. REUTERS/Vasily Fedosenko

TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina dan Krimea menjadi sorotan beberapa hari terakhir. Rusia menampatkan puluhan ribu pasukannya di sana dengan niatan yang masih misterius hingga sekarang. Dari total 80 ribu personil, 40 ribu ditempatkan di perbatasan timur Ukraina dan sisanya di Krimea.

Penempatan 80 ribu tentara tersebut bukan tanpa perlengkapan. Mereka juga dipersenjatai artileri, tank, serta mobil baja. Secara penampilan, mereka sudah seperti mau berperang. Ukraina mencoba mencari keterangan dari Rusia. Upayanya buntu.

"Moskow menolak untuk memberikan keterangan substansial," ujar Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam keterangan persnya, dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 13 April 2021.

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, membantah kekhawatiran soal bakal terjadi perang. Ia berkata, tidak ada niatan apapun dari Rusia untuk memulai perang baru dengan Ukraina. Penempatan 80 ribui personil dan alutsista di perbatasan, kata ia, hanya persiapan untuk latihan militer bersama. Walau begitu, Peskov memberikan ancaman di pernyataannya.

Peskov berkata, Rusia tidak akan tinggal diam soal nasib pendukungnya di Ukraina. Pendukung yang Peskov maksud adalah penduduk Donetsk dan Luhansk yang menjadi basis kelompok separatis pro-Rusia. Sejak tahun 2014, mereka aktif menentang Pemerintah Ukraina dan mengklaim sebagai bagian dari Rusia.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.[REUTERS]


Hubungan Ukraina dan Rusia memang kompleks. Tahun 2014, Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina. Sejak saat itu, kedua negara kerap bertempur di kawasan perbatasan timur dengan Rusia didukung kelompok separatis.

Upaya gencatan senjata dilakukan Juli tahun lalu. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan. Pertempuran tetap terjadi dengan adanya kenaikan jumlah tentara Ukraina yang tewas di perbatasan. Per Ahad kemarin, berdasarkan data Ukraina, 27 tentara mereka tewas. Sebagai perbandinga, jumlah korban tahun lalu 50 orang.

Meski Peskov membantah bakal ada upaya perang dan dukungan terhadap kelompok separatis, Ukraina yakin itu niat Rusia sesungguhnya. Sebab, Rusia menyatakan bahwa mereka bisa mengintervensi misalkan Ukraina mencoba meredam perlawanan di Donetsk dan Luhansk.

Para pakar militer sepaham dengan Ukraina. Menurut mereka, Rusia memang niat berperang. Apa yang dilakukan Rusia sekarang, dengan menempatkan ribuan personil dan alutsista di perbatasan, mereka anggap operasi pengkondisian untuk perang.

"Presiden Vladimir Putin telah memulai langkah awal, menciptkan perang lokal berskala kecil di wilayah-wilayah konflik. Ini tidak menandakan bakal ada perang besar besok, namun kondisinya dibuat untuk mengarah seperti itu," ujar pakar militer dan mantan Deputi Kepala Staf Angkatan Darat Ukraina, Ihor Romanenko.

Hal senada dinyatakan oleh pakar militer di Universitas Bremen, Jerman, Nikolay Mitrokhin. Ia berkata, konsentrasi personil dan alutsista di perbatasan menyerupai situasi krisis tahun 2013-2014 yang berujung pencaplokan Krimea. Dalam krisis itu, kata Mitrokhin, 13 ribu orang tewas dan menggoncang perekonomian Ukraina.

Pada pemilu 2018 untuk periode jabatan presiden 2018-2024 Putin kembali mencalonkan diri, Putin meraih sekitar 75 persen suara, yang menjadi tiket untuknya menjabat sebagai presiden satu periode lagi. Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS


"Segala tanda mengarah ke aksi militer tak terhindarkan...Rusia punya banyak alasan untuk itu mulai dari popularitas Putin yang merosot hingga langkah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky yang bersih-bersih politisi pro-Rusia. Hal itu termasuk penutupan tiga stasiun televisi milik Viktor Medvedchuk. Putin adalah ayah baptis anak Viktor," ujar Mitrokhin.

Ukraina bukan satu-satunya negara yang khawatir akan perang. Negara-negara barat juga mengendus hal itu dan meminta Rusia untuk menarik pasukan. Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, misalnya, menyatakan bakal ada konsekuensi bagi Rusia jika bertindak agresif di perbatasan Ukraina dan Krimea. Pernyataan senada juga muncul dari Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab.

Adapun Amerika berniat membawa isu Ukraina-Krimea ini ke pertemuan NATO yang berlangsung pekan ini. Antony Blinken berkata, Amerika berada di pihak Ukraina dan bakal mendukung upayanya untuk bergabung ke NATO. Beberapa negara, seperti Jerman dan Prancis, meminta Amerika tak gegabah, khawatir promosi Ukraina bakal memperkeruh situasi dengan Rusia.

Rusia merespon keras ucapan Blinken. Mereka minta Amerika untuk tidak mencari gara-gara. Selain itu, mereka juga meminta Amerika untuk segera menarik mundur kedua kapal perangnya yang sedang melaut ke Laut Hitam.

"Amerika adalah musuh kami dan akan berupaya apapun untuk memojokkan Rusia di panggung global...Kami peringatkan Amerika untuk jauh-jauh dari Krimea dan pesisir Laut Hitam. Ini untuk kebaikan mereka," ujar Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.

Baca juga: Gedung Putih Waswas Rusia Menempatkan Tentara di Perbatasan Ukraina

ISTMAN MP | AL JAZEERA | REUTERS




Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

9 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah

3 hari lalu

Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia belum melihat rencana efektif dari pihak Israel untuk melindungi warga sipil sebelum operasi militer di Rafah.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

3 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

3 hari lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

4 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

4 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

5 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya