Dianggap Monopoli Pasar, Cina Beri Alibaba Denda 18,2 Miliar Yuan

Sabtu, 10 April 2021 20:03 WIB

Logo Alibaba Group terlihat di kantornya di Beijing, Cina 5 Januari 2021. [REUTERS / Thomas Peter]

TEMPO.CO, Jakarta - Upaya Pemerintah Cina untuk mengetatkan kontrol terhadap perusahaan-perusahaan online berlanjut. Perkembangan terbaru, mereka mendenda Alibaba 18,2 miliar Yuan (US$2,8 miliar) setelah regulator persaingan usaha mendapati perusahaan e-commerce tersebut mempraktikkan monopoli selama ini.

Dikutip dari CNN, monopoli dilakukan Alibaba dengan meneken perjanjian eksklusif dengan berbagai merchant. Dengan begitu, para merchant tersebut tidak bisa menjual produk atau jasa mereka via platform e--commerce selain Alibaba.

"Badan Administrasi untuk Regulasi Pasar telah menjatuhkan penaliti kepada Alibaba (BABA) karena membuat perjanjian eksklusif yang mencegah merchant beralih ke platform lain. Ini dikenal sebagai praktik memilih satu dari dua," ujar pernyataan pers Pemerintah Cina, Sabtu, 10 April 2021.

Didirikan oleh pebisnis nyentrik Jack Ma, Alibaba adalah salah satu perusahaan swasta dan e-commerce paling berpengaruh di Cina. Berawal dari hanya melayani jual beli produk, Alibaba berkembang menjadi mega korporasi yang bermain di berbagai sektor penting cina mulai dari media, pembayaran, hingga jasa keuangan.

Jack Ma, pendiri Alibaba Group tiba di KTT "Tech for Good" di Paris, Prancis, 15 Mei 2019. [REUTERS / Charles Platiau]


Beberapa tahun terakhir, Alibaba berada dalam bidikan Cina. Dianggap terlalu berpengaruh dan memonopoli pasar, Pemerintah Cina mulai menyelidiki Alibaba atas berbagai dugaan pelanggaran persaingan usaha. Hal itu diperburuk dengan Jack Ma terang-terangan mengkritik pemerintah Cina karena minimnya dukungan terhadap inovasi.

"Inovasi yang bagus tidak takut terhadap regulasi, tetapi takut terhadap regulasi yang usang. Perumpamaannya, jangan menggunakan sistem manajamen stasiun kereta api untuk meregulasi bandara komersil," ujar Jack Ma dalam event Bund Summit, Shanghai, Oktober lalu.

Di sisi lain, Cina memang mulai mengetatkan kendali dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi. Menurut Presiden Cina Xi Jinping, hal itu dibutuhkan untuk menjaga stabilitas nasional.

Secara terpisah, pihak Alibaba menyatakan mereka akan kooperatif terhadap investigasi dan denda dari Pemerintah Cina. Mereka berkata, Alibaba tidak akan mencapai kesuksesannya seperti sekarang apbila regulasi, layanan, dan pengawasan pemerintah.

"Kami berterima kasih dan menghormati keputusan yang ada. Ini adalah hal yang wajar di mana masyarakat memiliki ekspektasi baru terhadap platform kami. Kami pun harus lebih bertanggung jawab sebagai bagian dari pembangunan sosial serta ekonomi Cina," ujar Alibaba dalam keterangan persnya.

Baca juga: Pemerintah Cina Hapus UC Browser Milik Alibaba Group dari App Store

ISTMAN MP | CNN



Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

9 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

19 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya